9 Oct 2020

Cerita Lucu Cinta Orang Biasa



Nama: Haryono 
Usia: 32 Tahun 
Alamat: Kaliwates – Jember 
Film: Cinta Brontosaurus 

Dari awal aku sudah mengangumi buku dan film karya Raditya Dika. Ketika Cinta Brontosaurus muncul di bioskop, tentu aku tidak akan melewatkannya. Dan ketika tayang kembali di TVRI, aku masih menontonnya. Selain karena cerita, Cinta Brontosaurus tidak membosankan karena lahir dari tangan seorang Radit, idola berjuta-juta follower di Indonesia. 

Diluar film, penonton sudah mengagumi sosok Dika (tokoh utama yang diperankan oleh Raditya Dika) yang ternyata karakternya tidak jauh berbeda dengan yang ada di dunia nyata. Jangankan ketika Dika berbicara, ketika diam dan melongo saja penonton akan tertawa. Unsur dramanya pun begitu dekat dengan keseharian yang dialami oleh banyak penonton. 

Cinta Brontosaurus bukan drama komedi romantis yang memiliki jalan cerita berliku, tapi lebih ke cerita ringan sederhana tentang perjalanan cinta Dika yang dimulai ketika bertemu dengan seorang gadis bernama Jessica (Eriska Reinisa). Setelah saling mengenal, ternyata keduanya sama-sama memiliki pemikiran yang unik dan aneh. Mengapa disebut unik dan aneh? Karena keduanya menerobos keumuman pemuda ketika berpacaran. Seperti ketika Dika dan Jessica makan mie instan di atas atap SPBU dan melakukan kencan dengan berwisata di kebun binatang. 

Dika adalah tokoh fiksi yang seakan nyata. Putus cinta, susah mendapatkan pacar, dan menjadi satu-satunya tokoh utama dalam film yang tampil dengan apa adanya. Biasanya tokoh utama pria identik dengan ketampanan, kekayaan melimpah, dan pribadi yang penuh kebaikan. Tapi Dika hadir mematahkan itu semua. Bahwa pria sederhana pun, pria yang dianggap aneh pun tetap bisa memiliki kehidupan bahagia bersama orang-orang yang tulus. 

Dan mengenai konflik tokoh utama dalam film ini mengalami pasang surut. Puncaknya adalah ketika Dika ditanya kapan ia akan menikah, Dika menjawab kalau cinta bisa kadaluarsa dan tidak mempercayai pernikahan. Tentu jawaban tersebut membuat Jessica marah dan kecewa. Lantas pada akhirnya mereka kedua pun putus. 

Namun konflik batin Dika kembali dimulai saat sang paman (yang tidak pernah menikah karena terlalu pemilih) meninggal dunia. Pada akhirnya hal tersebut menyadarkan Dika bahwa setiap orang membutuhkan pasangan hidup. Karena hal tersebut, Dika pun berjuang untuk mendapatkan cinta Jessica kembali. Cerita cinta dalam film ini memang biasa terjadi dan dialami oleh banyak orang, dan karena hal tersebutlah penonton bisa merasakan emosinya dengan utuh. 

Selama menonton film ini, jujur aku merasa terhibur dengan humor dan adegan lucu yang disajikan. Namun merasa tidak mendapatkan kekuatan dari keromantisan kisah cinta Dika dan Jessica. Maka tak heran jika aku menyebut film ini sebagai cerita lucu cinta orang biasa, bukan cerita cinta dari orang yang lucu. Karena memang kekuatan film ini adalah unsur komedinya. 

Pada intinya, film ini menawarkan dua posisi untuk penonton. Terkadang sebagai penonton aku bertanya kapan film ini akan berakhir, namun di babak yang lain mampu membuat penonton tidak ingin film ini segera berakhir. Membingungkan memang, drama cinta yang biasa namun ditolong oleh kelucuan dan nama besar penulisnya. Jadi Cinta Brontosaurus tetap menarik untuk dinikmati. 



24 Feb 2020

Sehidup Semati Bersama OYO Hotels

Sehidup semati bersama OYO Hotels

Aku dan OYO Hotels ibarat budak dan tuan dari cinta. Yap. Aku sudah menjadi bucin sejak mengenal OYO Hotels untuk pertama kalinya. Sebagai seorang pekerja kantoran, jelas aku harus mengikuti beberapa acara kantor diluar kota. Terkadang tiap bulan, dan terkadang pula tiap dua pekan. 

Sebelum acara di kantor dimulai, tentu para karyawan berembuk untuk bermalam dimana. Aku selalu menjadi orang yang mengacungkan tangan pertama kali. Dan mulutku selalu menyarankan untuk bermalam di OYO Hotels. Seperti pada judul tulisan ini, aku sudah berikrar sehidup semati bersama OYO Hotels

Bukan tanpa alasan aku merekomendasikan OYO Hotels kepada rekan kerja dan kantor. Tentu semuanya berlandaskan pada: fasilitas, pelayanan, harga, dan lokasi yang pas di hati. Apa saja sih rinciannya, yuk simak ceritaku selanjutnya. 

Fasilitas 

Fasilitas cukup lengkap dan nyaman. Kamar Cukup Nyaman dan Bersih. Ada meja di sudut kamar, dan tempat gantungan baju. Ada tempat sampah di sudut kamar. Selain itu AC juga masih sangat joss. Suhu tidak perlu terlalu rendah sudah sangat dingin. Kamar mandi didesain dengan pintu geser, dengan ukuran 1x3 meter. Sebelah kiri untuk closet, tengah wastafel, dan sebelah kanan shower (model berbeda disetiap kamar ya). Di dalam kamar mandi disediakan 2 handuk, sabun, lotion, dan sikat gigi OYO. 

Pelayanan

Ada 2 botol air mineral ukuran 600 ml untuk tiap hari. Dengan harga yang sangat murah OYO Hotels begitu peduli kepada para konsumennya. Terbukti dengan disediakan air mineral secara gratis setiap hari (selama menginap ya). Selain itu, untuk pengurusan proses check in dan check out pun sangat mudah dan cepat. Dilengkapi dengan kakak customer service yang sangat ramah. Meski aku betah di OYO Hotels, namun tetap harus ingat rumah. >_< 

Harga 

Harga sangat miring. Harga asli saat promo aku mendapat harga 120 ribuan. Namun ditambah pajak 10% menjadi 140 ribuan per malam. Cukup murah dong ya. Dibanding menginap di tempat lain yang jelas jauh lebih mahal. Dan promo ini terkadang berbeda tergantung aplikasi tempat kita membeli, atau hari pembelian. Jadi meskipun kamar jenisnya sama jika dibooking di hari yang berbeda juga akan menampilkan harga yang berbeda. Bayangkan saja, dengan harga seratus ribuan kita bisa menginap di tempat yang nyaman dengan fasilitas lengkap dan pelayanan istimewa. Hebatny lagi, OYO Hotels bisa dipesan secara online. Buruan download aplikasinya dan yuk jatuh hati bareng-bareng. 

Lokasi 

Untuk lokasinya, OYO Hotels selalu berada di tempat strategis. Seperti dekat dengan tempat makan, tempat ibadah, tempat belanja, tempat liburan, ada pula yang dekat dengan pusat kota. Intinya, dimanapun OYO Hotels berada, selalu memudahkan konsumennya untuk menjau mana saja. Dan jika ngomongin lokasi, mungkin aku sudah beberapa kali menginap di OYO Hotels di jawa timur. Ingin sekali rasanya aku bisa menginap di Hotel Yogyakarta, sebagai kota pelajar dengan ribuan kenangan. 


***BUKTI FOLLOW AKUN***
INSTAGRAM




TWITTER

26 Apr 2017

Soal Rejeki, Kejarlah Dengan Cara yang Baik


Tadi pagi, diantara beceknya pasar tradisional, aku mengantri untuk dilayani, di tukang ikan.

“mahal amat, kurangi deh, ikan kayak gini, udah nggak segar,”tawar ibu berambut hasil rebonding itu.

“25ribu itu udah pas Bu, karna udah siang, kalo pagi, nggak kurang dari 30ribu,”jawab ibu penjual ikan.

“Ahhh 20ribu kalo mau, udah sisa-sisa jelek begini kok,” tawar si ibu rebonding.

Mata tua penjual ikan mengerjap pelan, mata tua yang selalu mengundang iba, menatap dagangannya. Masih bertumpuk. Hari mulai beranjak siang. Sebuah anggukan ia berikan. Menyerah pada keadaan. Hidup, tak memberinya banyak pilihan.

Dan tangan tua keriput itu mulai menyisik ikan. Ujung jari melepuh terlalu lama terkena air. Beberapa luka di jari tertusuk tajamnya duri ikan, cukuplah sebagai bukti, bahwa kehidupannya bukanlah kehidupan manis bertabur mawar melati.

Dunia,

Kenapa kita sedemikian kejam pada orang yang lemah? Mengapa di sebagian semesta diri, kita begitu puas jika berhasil memenangkan penawaran pada orang orang yang sudah terseok-seok mencari makan?

Apa yang kita dapat dari hasil menawar ? 3 atau 5 ribu?

Akan kaya kah kita dgn uang segitu? TIDAK.

Uang mungkin terkumpul, tapi keberkahan hidup nggak akan didapat. Bisa jadi, saat memasak, lupa, lalu gosong dan terbuang, kerugiannya lebih dari 5 ribu. Atau bisa jadi, saat masakan udah matang, anak anak malah kehilangan selera makan, dan minta dibelikan ketoprak atau apalah, sehingga uang yg 5 ribu tadi abis juga, capek memasak nggak dihargai oleh anggota keluarga.

Apalagi menawar dengan bahasa yg tidak baik. “ikan kayak gini, udah nggak segar, ikan kayak gini, sisa-sisa udah jelek begini,”

Omongan adalah doa. Setelah deal membeli, bisa jadi ikan itu memang membawa pemakannya menjadi tidak segar, atau ikan itu membawa kejelekan bagi pemakannya. Hati hati dengan lisanmu, doa seseorang menggetarkan langit, kalimat yg burukpun bisa menggetarkan langit.

Aku belakangan ini mencoba konsisten menerapkan untuk tidak pernah menawar pedagang kecil. Dengan menulis ini, saya bukannya tidak paham dengan konsekuensi, akan banyak yg menilai “ahh amal baik kok di publikasikan, riya', nggak dapat pahala,”

Baik, soal pahala atau tidak, biarlah menjadi urusan Allaah. kalau karena menuliskan hal ini, aku dianggap riya, lantas kehilangan pahala atas hal itu, aku ikhlas. Hanya berharap, semoga tulisan ini mampu membelai banyak hati yang lain, kemudian menjadi konsisten untuk tidak pernah lagi menawar ke pedagang kecil.

Mari kita mulai, membangun perekonomian pedagang kecil.

Saat kita masih meringkuk di kamar ber AC, jam 3 dini hari, kala tubuh masih dibalut oleh selimut wangi dan jiwa dibuai mimpi, ibu tua pedagang ikan itu sudah berkubang dengan aroma ikan, mengangkat ikan berbaskom baskom, menyentuh es batu, mengeluarkan isi perut ikan, dll. Sungguh bukan kehidupan yang gampang.

Apa ruginya kalau kita melebihkan bayaran, atau minimal, tidak menawar atas harga yg telah dia tetapkan.

Dalam hidup, aku merasakan, selalu di beri kejutan kejutan oleh Allaah, Sang Pemilik seluruh kerajaan.

Dalam 3 hari ini, Karena sibuk kerja, menulis, menjaga anak –anak, aku nggak sempat upload foto gamis jualanku, namun seseorang tetap membeli 3 potong gamis yg dulu pernah aku upload, transaksi 1.620.000. Aku dapat untung 120ribu. Alhamdulillaah. Tapi Allaah melimpahkan cintaNya dengan menggerakkan hati si pembeli gamis untuk mentransfer lebih. yg dia transfer 2.2 juta. Untung 120ribu berubah menjadi 700 ribu.

Tadi pagi, pembeli buku dari banjar masin, mentransfer 300ribu, seharusnya hanya 121ribu. Lagi lagi, Allaah mengirim sayang-Nya dengan cara tak terduga.

Apakah rejeki hebat ini buah dari doa-doaku?

Belum tentu.

Ini bisa jadi, adalah doa dari ibu si tukang ikan, atau bapak penjual tahu, atau ibu tukang giling bumbu, atau bapak tua penjual pisang,dll yang pernah bertransaksi jual beli dengan ku.

Saat kita tak menawar, mereka ikhlas bilang “terima kasih”.

“terima” dan “kasih”. Mereka menerima. Lalu malaikat menerbangkan doa mereka, mengetuk pintu langit, dan kita kelimpahan “kasih-Nya”.

Bukankah sudah jelas, tak ada sekat antara dhuafa dengan Rabb-nya, bahwa doa kaum dhuafa, doa orang yg papa, adalah doa yang mampu mengetuk pintu langit.

Lantas kenapa kita mampu memberi kado pada teman yg melahirkan seharga ratusan ribu, atau membelikan kado ulang taun ratusan ribu pada anak teman yg merayakan ulang taun di mall , bukankah mereka sudah kaya, kado kado ratusan ribu itu mereka bisa membeli sendiri.

Sementara kita begitu berhitung pada mereka yg telah menggadaikan jam tidur dan tenaga, mereka yang terseret seret oleh arus nasib kejamnya jaman untuk sekedar mencari uang sebagai bekal pelanjut hidup.

Aku sangat yakin pada seluruh ajaran dalam nilai yang aku imani. Ketika kita memudahkan urusan orang, Allaah akan memudahkan urusan kita. Ketika kita memberi satu, Allaah akan membalas ratusan kali lipat. Balasan rejeki tak hanya dalam bentuk materi yg terukur. Bisa dalam bentuk hati yg selalu gembira. Meski sederhana, tapi hati nggak pernah gundah. Nggak pernah grasak grusuk cemas panik sampai menyerobot rejeki orang. Meski pas pasan, tapi makan enak, tidur sealu nyenyak, itu adalah rejeki yang tak terbilang harganya.

Buktikan saja. Jangan sesekali menawar pedagang kecil. Selalu mudahkan urusan orang lain. Jangan abiskan waktu untuk tawar menawar sampai alot, simpan waktu dan tenagamu untuk hal-hal yg lebih bermanfaat. Waktu buat tawar menawar dipangkas, jadikan itu waktu untuk bersujud di kala dhuha, atau untuk membaca alquran agar tentram jiwa dan raga.

Soal rejeki, kejarlah dengan cara yg baik. Serahkan hasilnya hanya pada Allaah semata.

Soal menghemat, bukan dengan cara menawar keras pedagang kecil, jangan ditawar, maka Allaah akan aktif mengisi ‘tabungan’ kita.

Dan kita akan dibuat takjub oleh cara ‘tangan’ Allaah bekerja.

Akan banyak kejutan cinta dari Yang Kuasa.

yakin seyakin yakinnya, karena Allaah, tak pernah sekalipun ingkar janji..( tp berusaha luruskan niat ya. Urusan reward dan pahala biar jd urusan Allah )

Sumber : Fitra Wilis Masril

7 Apr 2017

Mengapa Allah Menikahkanmu Dengannya



Mungkin suamimu tak pandai berkata, Apalagi merayu dengan romantisme karya sastra, Tapi mungkin dengan cara itulah Allah menjaga lisannya, menjauhkannya dari fitnah dunia yang tak halal baginya.

Mungkin saja suamimu tak pandai berkata, tapi heningnya menahan kita banyak bicara, Memutus rantai kalimat sanggahan yang melahirkan perkara, Sehingga keseimbangan suasana lebih terjaga. Andai saja Allah ciptakan sebaliknya, mungkin rumahmu sekarang jadi arena tarung laga. Itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya.

Mungkin istrimu tidak berparas mempesona, apalagi secantik selebritis di warta berita. Tapi mungkin lisannya selalu berucap kata mutiara, yang terpancar dari jiwa yang terjaga. Andai saja Allah menciptakan yang sebaliknya, mungkin hatimu tak tenang saat jauh darinya.

Itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya, mungkin suamimu bukanlah saudagar kaya, yang membawa pulang limpahan laba hasil usaha. Namun meskipun besarnya begitu sederhana, mungkin ia selalu menjaga kehalalan apa yang di bawa.

Mungkin suamimu bukanlah pejabat yang bertahta, yang di hormati dan di puja bawahannya, tapi mungkin di balik kedudukannya yang biasa, ia mampu menjaga iman bagi keluarga. Andai saja Allah menciptakan yang sebaliknya, mungkin belum tentu ia memiliki derajat taqwa.

mungkin istrimu bukanlah koki istimewa, yang memasakannya selezat pujasera, tapi mungkin ia pandai mendidik buah hatinya, memahat pribadi yang berkakter mulia.

Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa, yang terkadang masakannya itu-itu saja, tapi mungkin ia pandai mengatur alokasi harta, sehingga pemberianmu tidak terhambur percuma. Andai saja Allah menciptakan yang sebaliknya, mungkin kecintaanmu akan terlalu berlebih padanya, melebihi cintamu kepada Allah sang pemberi karunia.

Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya, sehingga terlihat kau melakukan semuanya, tapi mungkin ia sabar membantumu meringankan pekerjaan rumah tangga, sehingga terlaksana dengan kerja sama.

Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya, sehingga terlihat minim perannya dalam keluarga, mungkin ia sangat keras bekerja, sehingga nafkah telah cukup terpenuhi lewat darinya. Andai saja Allah menciptakan yang sebaliknya, mungkin para gadis menanti dipinang menjadi yang kedua.

Jika suamimu terlalu sempurna, itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya. Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga, menambah sedikit tugasmu dalam membantunya bekerja, tapi mungkin ia begitu taat dalam beragama, membimbing anak-anak dalam syariat agama, sehingga meringankan kewajibanmu dalam membimbing keluarga. Andai saja Allah meciptakan yang sebaliknya, mungkin engkau merasa tugasmu telah tertunai sempurna, cukup sekedar menyempurnakan nafkah keluarga.

Itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya, maka temukanlah sebanyak-banyaknya rahasia di baliknya, agar engkau mengerti mengapa Allah menikahkan mu dengannya. Jikalau engkau masih sulit menemukan jawabannya, gantilah kacamatamu dengan kacamata syukur atas segala karunia, adalah hakmu jika engkau berharap khadijahmu menjadi lebih sempurna, Asalkan engkau siap membimbingnya dengan menjadi muhammad baginya.

Sumber: andesrizki.blogspot.co.id

31 Dec 2015

Berhentilah Menjadi Gelas


“Seorang guru sufi mendatangi seorang murid nya ketika wajah nya belakangan ini selalu tampak murung.

“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana pergi nya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habis nya,” jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan Guru nya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru. “Setelah itu coba kau minum air nya sedikit.”

Si murid pun melakukan nya. Wajah nya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah murid nya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa murid nya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulut nya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulut nya, tapi tak dilakukan nya. Rasa nya tak sopan meludah di hadapan Mursyid, begitu pikir nya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk diduduki nya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangan nya, mengambil air danau, dan membawa nya ke mulut nya lalu meneguk nya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokan nya, Sang Guru bertanya kepada nya, “Bagaimana rasa nya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibir nya dengan punggung tangan nya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan air nya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulut nya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminum nya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikan nya, membiarkan murid nya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah murid nya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyak nya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh ALLAH, sesuai untuk dirimu. Jumlah nya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besar nya qalbu yang menampung nya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”

Sumber: