27 Dec 2013

Carilah apa-apa yang bisa kamu syukuri. Kemudian, berbahagialah !


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... 

Zul, seorang penjual asongan.. Seringkali pagi-pagi berangkat mencari sesuap nasi dari terminal bekasi. Naik KRL jurusan kota untuk membeli barang dagangan yang akan ia jual di pinggiran sekolah atau mall..

Berapa penghasilan Zul?? Tak menentu yang pasti berapa sih hasil ngasong?? Bisa diperkirakan sendiri..

Suatu hari setelah belanja dari Pasar Pagi Lama Mangga Dua, Zul hendak menjajakan dagangannya. Walaupun capek ia rasakan namun Zul memaksakan diri untuk mencoba mengais rezeki hari itu.. Ia sambar sepeda ontelnya yang selama ini menemaninya jualan asongan untuk pergi menuju salah satu sekolah dasar.

"Huh, cuapek bener". Kata Zul sambil mengayuh sepeda.

Memang saat itu baru saja hujan jadi jalannya becek. Sepeda ontel bututnya susah untuk dikayuh karena tanah basah banyak menempel ke roda.. Sampai akhirnya di sebelah parit tiba-tiba sepeda Zul oleng

"Byuurr"... Zul terpeleset ke pari tersebut. Sialnya dagangannya jatuh juga ditambah paritnya kotor dan berlumpur... Buru-buru ia coba selamatkan barang daganganya, namun apa lacur, hampir semuannya rusak dan terkena lumpur

"Mengapa............................"..... Zul berteriak sesampainya dirumah. "Mengapa hidupku selalu begini?????" Zul menumpahkan kekesalannya dengan mengacak acak kontrakannya. Antara marah, sedih dan menyalahkan nasib.........Sudah dagangannya rusak, hutang belum dibayar pula...

Suatu saat Zul bertemu dengan seseorang yang nampaknya orang kaya. Dandanannya rapih dan mobilnyapun mengkilap.. Biarpun kaya Zul melihat bahwa ia orang yang baik...

"Dik, apapun keadaanya hidup harus disyukuri" Kata Bapak itu memulai pembicaraan ..

"Tapi susah Pak, bagaimana mau bersyukur sementara kondisi saya seperti ini" Jawab Zul

"Itulah hendak di coba kualitas syukurmu, apa yang terjadi semua sudah jauh-jauh hari tercatat dalam Ilmu Tuhan. Syukur atau tidak syukur, sabar atau tidak sabar tetap saja terjadi. Pilih mana??

"Iya Pak, tapi kok susah sepertinya buat saya"
"Susah karena kamu fokus pada penderitaanmu, memangnya hidupmu hanya ada penderitaanmu??"

"Ya tidak Pak, saya masih sehat, masih bisa makan dengan enak walaupun lauk seadanya, masih punya tempat tinggal"

"Nah itu dia, carilah apa-apa yang bisa kamu sukuri, kemudian berbahagialah"

"Bener sih Pak, tapi Pak kalau Bapak khan kaya, mudah untuk bersyukur"

"Saya kaya khan sekarang"

"Memang dulu Bapak pernah menderita??"
"Jauh menderita Dik, saya dulu kerjanya satpam.. Hutang banyak sampai tukang tagihnya meneror saya dan keluarga. Anak saya ada 3, dan istri saya di teror. Mereka ketakutan. Akhirnya rumah dan isinya disita, kemudian selama beberapa tahun kami hanya jadi orang jalanan.

Bayangkan istri dan 3 anak saya jadi orang jalanan.. bagaimana perasaan saya waktu itu. Tetapi kemudian saya sadar bahwa kita adalah wayang, semua sudah diskenariokan.. Tugas kita hanyalah menerima dengan ikhlas takdir yang sudah digariskan_Nya.. Saya bersyukur karena anak dan istri masih hidup. Saya mencoba untuk terus bersyukur apapun yang terjadi"

"Maaf Pak bukannya bermaksud membuat Bapak sedih"

"OOO Gak papa, justru keadaan itulah yang membuat jiwa saya tertempa. Jiwa syukur dan ikhlas saya terlatih... Makanya jangan menyalahkan nasib, tetapi rubahlah keluhan dengan syukur yang dalam, ucapkanlah "Terimakasih Tuhan, atas berkah hidup yang Engkau berikan kepada kami.. Dengan Nama-Mu aku mengucap syukur Alhamdulillah"

"Menarik sekali Pak, terus??"
"Apa yang terjadi kemudian sungguh diluar dugaan. Semakin saya menerima suratan nasib dengan bersukur, semakin keajaiban sering terjadi sampai sekarang".

---***----

Selepas pertemuan dengan Bapak2 tadi, Zul mulai melatih otot syukurnya ..

"Terimakasih ya Allah, hari ini saya rugi, tapi khan masih bisa makan"

"Terimakasih ya Allah hari ini untung dikit, walaupun dikit namun sangat bermakna"

"Terimakasih ya Allah, hari ini saya diusir kepala sekolah ketika mencoba menggelar dagangan, ini melatih kesabaran"

Semakin Zul berlatih menciptakan "peristiwa syukur dan ikhlas" dalam sanubari, semakin bahagia dan tenang Zul menjalani hidup. Semua hidup matinya, shalat dan ibadahnya ia serahkan kepada Sang Pencipta..

Justru disitulah optimisme dan keyakinan luar biasa besar mulai bercokol dalam hati Zul. Sebuah keyakinan akan kesuksesan yang diluar nalar logika Zul, namun begitu jelas terdengar di hati sanubari.....

Sampai pada suatu saat ketika Zul sedang memarkir sedannya, ada seorang satpam parkir yang mengeluh kepada Zul tentang nasibnya.. Zul memberi nasehat...

"Apa yang terjadi kemudian sungguh diluar dugaan. Semakin saya menerima suratan nasib dengan bersyukur, semakin keajaiban sering terjadi sampai sekarang" Kata Zul kepada satpam parkir itu ...

Alhamdulillah,
semoga bermanfaat dan semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yg bersyukur..

Sumber: http://www.adhinbusro.com/2012/12/keajaiban-ikhlas-dan-sukur.html

23 Dec 2013

Hati yang Penuh Syukur

Alkisah, di sebuah senja kelabu di pinggiran kota kecil Taiwan, tampak seorang laki-laki sedang berjalan pulang ke rumah dari tempat kerjanya sebagai supir taksi. Tiba-tiba, perhatiannya tertuju pada gerakan rumput dan suara gemerisik di sela-sela bebatuan di tepi jalan.

Segera, dihampiri dengan perasaan sedikit was was. Seketika, matanya terbelalak kaget melihat bungkusan berisi bayi merah yang tergeletak di situ. Setelah melihat di sekeliling tempat itu yang tampak sepi-sepi saja, segera diangkat bungkusan bayi itu dengan hati-hari dan dengan tergopoh-gopoh dibawa pulang ke rumahnya.

Setelah terkaget-kaget mendengar cerita dan melihat temuan suaminya, si istri segera mengambil alih menggendong si bayi dengan perasaan sayang. Mereka adalah sepasang suami istri, yang telah lama mendambakan kehadiran anak di tengah keluarga. Bayi yang masih merah itu terasa seperti pemberian Yang Maha Kuasa kepada keluarga mereka.

Waktu terus berjalan. Selang kira-kira usia dua tahun, karena merasa ada yang janggal dengan kemampuan berbicara dan reaksi pendengarannya yang sangat lambat, kedua orangtua itu membawa anaknya ke rumah sakit. Kecurigaan mereka pun terjawab, anak tersebut memang cacat sejak lahir, yaitu bisu tuli. Walaupun sempat terpukul sesaat, namun perasaan sayang yang telah terpupuk selama ini, membuat mereka memutuskan untuk tetap memelihara dan membesarkan si kecil yang sedang lucu-lucunya.

Tahun pun dengan cepat berganti. Walaupun cacat, si gadis kecil adalah anak yang cerdas dan mendapat pendidikan yang baik di sekolah luarbiasa hingga mampu lulus SMA. Setelah lulus, melalui tes dia diterima masuk untuk bidang seni di perguruan tinggi kota besar.

Perasaan gembira dan sedih pun silih berganti. Gembira karena diterimanya si anak ke universitas terkenal, sedih harus berpisah jauh dan dibutuhkan biaya yang besar untuk itu.

Demi mewujudkan impian anaknya, kedua orangtua itu bertekad untuk berhemat dan bekerja mati-matian. Sejak saat itu, si ayah bekerja sangat keras, hampir setiap hari pulang ke rumah hingga larut malam.

Namun...hidup memang sering tidak sesuai dengan rencana manusia. Di saat kuliah memasuki tahun ke-2, suatu malam si ayah pergi dan tidak pernah kembali. Taksi yang dikendarainya bertabrakan dan nyawanya tidak terselamatkan.

Si anak tahu, betapa berat beban biaya yang harus dipikul ibunya dan dia memutuskan untuk berhenti kuliah, pulang dan bekerja serta menemani ibunya di rumah.

Mengetahui itu, si ibu sangat tersentuh dengan pengertian anaknya. Tetapi, ia menegaskan, "Ibu tahu kesedihanmu, Nak. Ibu juga sangat kehilangan ayahmu. Tetapi kamu tidak boleh berhenti kuliah. Belajarlah yang benar! Selesaikan kuliahmu secepatnya dan ibu tunggu kepulanganmu dengan ijazah di tangan. Dan setiap bulan, ibu akan berusaha mengirimkan uang untuk biaya mu di sana. Ingat, jangan berpikir pulang sebelum kuliahmu selesai. Jika kamu gagal, ibu dan ayahmu di alam sana pasti kecewa karena kerja keras dan pengorbanan kami selama ini akan sia-sia."

Waktu terus berjalan. Selesai wisuda, dengan bangga dan kegembiraan yang meluap serta kerinduan yang sangat, si anak segera pulang ke desanya.

Setiba di rumah, dia mengetuk berulangkali pintu rumahnya yang tertutup rapat. Dan sungguh tidak pernah diduga sama sekali, pertemuan dengan tetangganya ternyata membuat hatinya lumpuh seketika.

"Nak, ibumu setahun lalu telah meningal dunia. Maafkan kami tidak memberitahu karena ibumu meminta kami bersumpah untuk merahasiakannya. Semua sisa uang tabungan ibumu dititipkan ke kami untuk dikirimkan kepadamu setiap bulan dan dia pun meminta kami membalaskan surat-suratmu. Masih ada satu rahasia besar yang sebenarnya ayah ibumu sembunyikan darimu. Bahwa kamu sesungguhnya bukan anak kandung mereka. Walaupun kamu cacat dari bayi, mereka tidak peduli. Mereka tetap menyayangimu melebihi anak kandung sendiri."

Mendengar semua cerita tentang dirinya, duka yang mendalam tidak mampu diwujudkan dalam teriakan histeris. Hanya derasnya airmata yang mengalir tak terbendung. Di depan makam kedua orangtuanya, sambil bersimbah air mata, si gadis bersujud dan mendoakan kebahagiaan orangtuanya.

Sumber : http://bit.ly/150QgsY

27 Nov 2013

Indahnya Bersyukur

Aku tak selalu mendapatkan apa yang aku sukai, oleh karena itu aku selalu menyukai apa yang aku dapatkan...

Kata-Kata diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.

Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah,mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang.

Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang "kaya". Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.

Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.

Mari pusatkan perhatian kita pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar kita. Mereka pasti akan menjadi lebih menyenangkan.

Seorang pengarang pernah mengatakan, "Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi." Ini perwujudan rasa syukur.

Saya pernah membaca sebuah cerita tentang seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Kedua, yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.........

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

Mungkin kita pernah membaca sebuah kisah tentang seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga." Subhanallah...

Bersyukurlah !

Bersyukurlah bahwa kita belum siap memiliki segala sesuatu yang kita inginkan .....
Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan ?

Bersyukurlah apabila kita tidak tahu sesuatu ...
Karena itu memberikan kita kesempatan untuk belajar ...

Bersyukurlah untuk masa-masa sulit ...
Di masa itulah kita bisa tumbuh ...

Bersyukurlah untuk segala keterbatasan kita ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang dan memperbaiki diri...

Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru ...
Karena itu akan membangun kekuatan dan karakter kita...

Bersyukurlah untuk kesalahan yang pernah kita buat ...
Karena itu akan memberikan pembelajaran yang berharga tuk menjadi lebih baik......

Bersyukurlah bila kita lelah,letih dan tak berdaya...
Karena pada dasarnya kita telah membuat suatu perbedaan dalam memanfaatkan waktu......

Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik...
Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut...

Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif .
Kehidupan yg bermakna adalah bagi mereka yg juga bersyukur atas kesulitan yg dihadapi

Temukan cara bersyukur akan masalah-masalah yang kita temui niscaya semua itu akan menjadi berkah bagi kita ...

Mari Sahabat...
Marilah kita semua lebih mendekat pada Allah
Agar tunduk saat yang lain Angkuh,
Agar teguh saat yang lain Runtuh,
Agar tegar saat yang lain terkapar.

Written By Muhammad Yuliawan on Sabtu, Desember 26, 2009 | 12/26/2009

1 Nov 2013

Pak Ali ‘hanya’ Tenaga Honorer dan Ia Pandai Bersyukur

Setiap saya masuk kantor pagi hari, keadaan ruangan saya sudah serba bersih dan rapi. Meja kerja sudah mengkilap lagi, tak ada bekas-bekas tangan yang mengotori meja yang terbuat dari kayu jati itu. Berkas-berkas dan buku-bukupun telah ditata dengan rapi. Demikian pula alat tulis dan peralatan lainnya yang selalu ada di meja, sudah tersimpan rapi pada tempatnya.

Di toilet juga sudah serba tertata dan wangi. Di lantai, di closet dan di meja wastafel tidak tampak ada lagi tetesan air, apalagi kotoran. Kelengkapan seperti tissu, sabun, handuk, sikat dan pasta gigi serta lain-lainnya sudah selalu siap.

Di ruang istirahatpun, yang letaknya ada di antara ruang kerja dan toilet, semuanya sudah rapi nan wangi. Sajadah, sandal-sandal, lemari baju, meja kecil dan kursinya, dan peralatan lainnya yang ada di situ semuanya sudah tertata dengan baik.

Jam berapapun saya masuk kantor, jam setengah delapan atau kadang jam tujuh pagi, kalau lalu lintas sedang lengang misalnya, keadaan ruangan selalu begitu. Tidak pernah saya mendapat ruangan acak-acakan ketika saya masuk kantor.

Lalu, siapakah yang selalu rajin melakukan semua ini? Dialah Pak Ali.

**

Nama lengkapnya Ali Abdul Kholid. Sudah enam tahun ia mengabdi sebagai pegawai honorer di Badilag (Badan Peradilan Agama). Ia orang Betawi asli, kelahiran Kampung Melayu, sekitar 5 km dari kantor Badilag. Ia, isteri dan anak semata wayangnya yang berusia 4 tahun juga tinggal di tempat kelahirannya itu.

Dengan menggunakan bis umum, setelah selesai shalat Shubuh, setiap hari Pak Ali berangkat ke Badilag. Sekitar pukul 6 ia sudah tiba di kantor. Saya tidak pernah datang ke kantor sebelum pukul 7. Maka pantaslah kalau keadaan ruangan saya selalu sudah rapi saat saya datang ke kantor.

Pak Ali, yang mempunyai tugas membersihkan ruangan kantor Badilag di lantai 6 dan melayani keperluan sehari-hari saya ini, tampak lugu. Ia tidak banyak bicara apalagi banyak menuntut. Walaupun demikian, ia nampak rajin bekerja dan menikmatinya.

Ketika saya tanya, Pak Ali mengungkapkan rasa senangnya bekerja di Badilag, walaupun sebagai tenaga honorer. Mungkin karena umurnya yang sudah mencapai 46 tahun, Pak Ali tidak mengharapkan untuk menjadi PNS. Sepertinya ia tahu, tidak mungkin lagi dirinya bisa diangkat menjadi PNS di umur setua itu.

“Saya bisa bekerja seperti ini saja sudah Alhamdulillah, Pak,” tuturnya, “Saya sangat bersyukur dibandingkan dulu-dulu. Saya pernah bekerja di swasta, sebagai kuli bangunan, sebagai satpam, bahkan sebagai penjual baju. Saya lebih enak sekarang. Di sini tenang, penghasilan tetap, jumlahnya lumayan jika dibanding dulu-dulu dan yang lebih penting lagi suasana kerjanya enak.”

Lalu, ketika saya singgung tentang jumlah penghasilannya yang hanya Rp 1.350.000 sebulan, dengan polos Pak Ali menjawab, “Alhamdulillah, itu lebih besar dibandingkan dulu-dulu. Yang penting kita syukuri dan jalani hidup ini apa adanya. Saya berusaha selalu jujur, agar hidup tenang dan barokah.”

***

Saya sempat termenung, mendengar jawaban Pak Ali yang penuh dengan keikhlasan dan kepasrahan menjalani hidup ini. Dengan penghasilan yang kecil, Pak Ali selalu semangat, ceria, dan bersyukur. Betapa mulianya Pak Ali ini.

Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari hidup Pak Ali. Pak Ali yang penghasilannya seperti itu namun tetap rajin dan gembira, sementara kita yang penghasilannya jauh di atas Pak Ali, kadang kala menyesali, ngedumel dan malas. Rasanya ironis. Malu juga.

Tampak sekali, Pak Ali berupaya bekerja sebaik-baiknya, rajin dan tekun. Dalam hal kebaikan dan prestasi ini, ia tidak mau kalah dari orang lain. Ia selalu melihat kepada yang ada di atasnya, yang lebih rajin dan lebih giat. Sedangkan dalam hal penghasilan, ia selalu melihat dan membandingkan dengan yang berada di bawahnya. Paling tidak, ia membandingkan penghasilannya yang sekarang dengan penghasilannya ketika ia bekerja di tempat-tempat sebelumnya. Lalu ia bersyukur dan bertekad untuk berbuat jujur terus. Subhanallah...

Pantaslah apa yang disabdakan Nabi kita SAW, “Lihatlah apa yang diucapkannya—atau bisa saja, apa yang dilakukannya—dan janganlah engkau melihat siapa yang mengucapkannya”. Terima kasih Pak Ali, meski anda ‘hanya’ seorang pegawai honorer dengan penghasilan kecil, tapi sikap dan ucapan anda sangatlah menjadi teladan bagi orang lain, setidaknya bagi saya.

Saya tahu, betapa banyaknya tenaga-tenaga honorer di lingkungan peradilan agama yang penghasilannya seperti Pak Ali, atau bahkan kalau di daerah, jauh di bawah penghasilan Pak Ali. Mereka sangat berjasa membantu peradilan agama dalam memberikan pelayanan kepada para pencari keadilan. Bahkan selain itu, merekapun mengambil peran yang sangat besar dalam keberhasilan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan peradilan agama.

Di bidang Teknologi Informasi (TI) saja, yang merupakan ikon dalam program-program reformasi peradilan, banyak sekali tenaga honorer yang sangat berperan dan sangat menentukan.

Sebut saja Helmi Indra Mahyuddin. Ia adalah jagonya TI di Badilag bahkan di lingkungan peradilan agama secara nasional. Ia memegang tanggung jawab dan peran sangat besar dalam pengembangan TI. Ia sudah bermasa bakti selama lebih dari 5 tahun dan mempunyai andil besar dalam mengharumkan nama peradilan agama. Tapi, sungguh sayang, nasibnya masih memprihatinkan.

Kita sudah mengusahakan yang bersangkutan untuk dapat diangkat menjadi PNS, dengan mengikuti test CPNS, tapi keberuntungan masih belum sempat diraihnya. Belum lagi Ridwan dan Iwan—rekan kerja Helmi Indra Mahyudin—serta tenaga-tenaga honorer lainnya di Badilag dan di lingkungan peradilan agama seluruh Indonesia. Sayapun ikut sedih dan prihatin.

Di bidang lainnyapun, tenaga-tenaga honorer sangat banyak dan sangat membantu pelaksanaan tugas peradilan agama. Nasibnyapun masih belum menggembirakan.

Memang, beberapa waktu lalu telah ada proses pengangkatan tenaga honorer, tapi itu jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah yang ada. Mudah-mudahan pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS ini terus berlanjut dari tahun ke tahun.

****

Melihat keadaan seperti itu, sepantasnya kalau kita memberikan penghargaan kepada Pak Ali dan tenaga honorer lainnya di seluruh Indonesia sebaik-baiknya. Penghargaan itu dapat berupa upaya kita agar mereka dapat diangkat menjadi CPNS.

Janganlah, kalau ada kesempatan mengajukan data mereka untuk dipertimbangkan sebagai PNS, lalu karena ada kepentingan tertentu yang tidak sehat, kita ajukan data tenaga honorer yang fiktif, sehingga terjadi kedholiman terhadap mereka yang betul-betul sudah mengabdi bertahun-tahun.

Atau, setelah mereka mendapat keberuntungan diangkat sebagai CPNS, lalu di antara kita ada yang meminta imbalan uang yang sangat besar bagi ukuran mereka, dengan dalih untuk diberikan kepada pihak-pihak tertentu yang berjasa, sebagai bentuk syukuran. Masya Allah! Saya sangat marah mendengar ada indikasi seperti itu.

Penghargaan lainnya yang patut diberikan kepada mereka adalah kesejahteraan mereka. Janganlah ada tindakan pemotongan honor-honor mereka yang sudah sangat kecil itu. Malah kalau bisa dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ajaklah mereka dalam kegiatan-kegiatan kantor yang berdampak adanya tambahan penghasilan bagi mereka selain honor bulanan.

Lalu, penghargaan lain yang tak kalah pentingnya adalah perlakukan kita kepada mereka. Perlakukanlah mereka sebagaimana kita memperlakukan pejabat dan pegawai lainnya. Kita perlakukan mereka dengan sewajarnya dan tidak menganggap remeh status kepegawaian mereka. Kita bersikap kepada mereka sebagaimana kita bersikap kepada pejabat dan pegawai lainnya. Kita wajib meng-uwong-kan, meng-‘orang’-kan dan menghormati mereka.

Kita tanamkan rasa saling menghormati, saling memahami dan saling mengasihi di antara kita, termasuk tenaga-tenaga honorer yang ada di lingkungan kita. Masing-masing kita, termasuk tenaga honorer, perlu mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Dengan demikian, tidak ada lagi perlakuan dan tuntutan yang tidak proporsional. Kita semua menjadi tenang, tentram dan damai dalam bergaul dan bekerja.

Kalau semua itu sudah kita lakukan bersama, insya Allah hidup yang barokah seperti diharapkan oleh Pak Ali akan dapat kita raih secara bersama pula.

Terima kasih, Pak Ali. Terima kasih, kawan-kawan semua.

Sumber:

24 Oct 2013

3 Aliran Hidup



Ada beberapa aliran mengenai hidup. Ada orang yang memikirkan hidup itu masa lalu, membanggakan kejayaan masa lalu, kejayaan naneknya, kakeknya, orang tuanya, kemudian prestasinya di masa lalu.

Ada orang yang kebalikannya itu, hidup mereka lebih berarti kalau yang dipikirkan masa depan. Mereka punya prinsip lupakan masa lalu. Yang ada adalah masa depan. Barang siapa yang memikirkan masa depan, maka dia akan memperoleh kejayaan di masa yang akan datang. Orang seperti ini biasanya tidak mau mikir masa lalu, tidak mau menceritakan kebanggaan masa lalu, dan selalu berorientasi masa depan.

Tapi ada lagi aliran yang ketiga yang disebut power of now, kekuatan sekarang ini. Jadi banyak orang yang memikirkan hidup itu yang penting saat ini. Jadi jangan membanggakan masa lalu, jangan juga terlalu memikirkan masa depan, karena kalau terlalu memikirkan masa depan, maka hidupnya tidak bahagia. Bahkan Hidupnya seperti dipacu terus untuk mengejar masa depan. Padahal belum tentu masa depan itu realistis buat dirinya. Maka orang seperti ini memikirkan yang penting sekarang ini apa yang diperbuat, dengan kondisi yang ada, dengan keadaan yang ada.

Ada orang yang berpendapat, yang penting pokoknya saya berbuat sebaik-baiknya saat ini. Soal hasilnya seperti apa, soal apakah yang akan datang itu sukses, tidak terlalu peduli.

Tiga pilihan ini saya tidak ingin menyebutkan mana yang terbaik, tapi yang jelas bahwa terlalu membanggakan masa lalu sudah pasti itu membuang-buang waktu. Terlalu memikirkan masa depan juga bisa jadi tidak bahagia, dan berbuat yang terbaik saat ini menurut pendapat saya itulah yang paling realistis.

Oleh:
Dahlan Iskan
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk Titik Nol Suara Surabaya

Sumber: https://soundcloud.com/relawan-di/dahlan-iskan-ada-3-aliran

10 Oct 2013

Hidoep di Tengah Boekoe

Ada garis merah membentang dari masa kecil hingga masa tuaku, buku. Rumahku yang setiap hari mendapat kiriman majalah, suratkabar karena ayahku seorang agen koran menjadikan diriku seorang kutu buku. Bahkan perpustakaan umum di kecamatan suatu ketika menyesal ketika semua buku koleksinya habis kubaca, ya maklum jumlahnya terbatas.

Satu hal yang sangat membekas dalam diriku adalah kebiasaan ayahku yang satu ini. Setiap tanggal 20 beliau selalu menghadiri rapat koperasi, dan pulangnya larut malam. Ketika kami sudah terlelap tidur ayah datang, aku dibangunkan. Sebungkus kue hidangan rapat dan beberapa buku serta majalah bekas disodorkannya padaku. Buku dan majalah itu adalah hasil penukaran dengan koran bekas juga, koperasi biasa membeli buku dan majalah bekas untuk bungkus, dan ayahku menukarnya dengan koran bekas untuk bacaan. Majalah Uni Soviet (Rusia sekarang) , Cina, Amerika, dan berbagai macam lainnya.

Begitulah hidup berjalan, dan benang merah itu berlanjut karena begitu bersekolah di SMA aku ditugasi mengelola perpustakaan sekolah, saat kuliah mengelola perpustakaan akademi. Dan, begitu diangkat menjadi guru langsung disodori menjadi pengelola perpustakaan.

Mengerjakan sesuatu yang memang disenangi tak pernah membosankan, begitulah yang terjadi dengan penjual bunga dan tanaman hias. Ketika harus merumuskan kegiatan apa disaat pensiun, maka pilihanku pun jatuh pada membuat Taman Bacaan dan tentu tanpa meninggalkan kegiatan lain yang memang sudah menjadi tanggung jawabku.

Alhamdulillah melalui google kutemukan quotation ini :
If you have a garden and a library, you have everything you need (Cicero). 
Dan serta merta aku ingin menyulap kebunku menjadi perpustakaan kebun, dan menyempurnakan kutipan itu dengan versiku :
If you put your library in the garden, you create a paradise...
Moga-moga tean-temanku yang menghadapi masa pensiunnya terinspirasi.

oleh
IMAN SULIGI 

http://www.kompasiana.com/kedasih
https://www.facebook.com/suligi

















8 Oct 2013

Jika Esok Tak Pernah Datang


Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur, Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.

Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya,  Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.

Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.

Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?

Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.
Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.

Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kau sangat mencintai mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.

Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”
Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.

[Norma Cornett Marek ~ 1989]


23 Aug 2013

Sang Pencuci Piring

Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung? Bisa jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski lelah menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhir pun. Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini. Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan. Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. "Aih, pasti segagah kakeknya," impinya. 

Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak hentinya sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap pesta pernikahan itu menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop yang tertutup rapat. 

Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta itu kecuali air mata kebahagiaan. Kalau pun ada, mungkin mereka yang sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar kampung. Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi milik pria lain. 

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang pernah saya ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya. Sedih, pasti. 

Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta. Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta. 

Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir. 

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan lapar hingga terlelap. Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. 

Andai pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam pesta itu. 

Sekadar usul untuk Anda yang akan melaksanakan pesta pernikahan, tidak cukup kalimat "Mohon Doa Restu" dan "Selamat Menikmati" yang tertera di dinding pesta, tapi sertakan juga tulisan yang cukup besar "Terima Kasih untuk Tidak Mubazir"..

Sumber: 

2 Aug 2013

Yu Yuan; Gadis Kecil Berhati Malaikat



Kisah ini terjadi pada tahun 2005 seorang gadis kecil di China yang menderita penyakit leukemia ganas, tetapi mempunyai hati bak seorang malaikat. Setelah mengetahui penyakitnya tidak dapat disembuhkan lagi, ia rela melepaskan semuanya dan menyumbangkan untuk anak-anak lain yang masih punya harapan serta masa depan.

Sebuah kisah nyata tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun.

Satu kalimat terakhir yang ia tinggalkan di batu nisannya adalah "Saya pernah datang dan saya sangat penurut". Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia.

Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya. Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya.

Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya.

Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan.

Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12. Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal.

Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "Saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan". Kemudian, papanya memberikan dia nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh.

Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan.

Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain.

Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya.

Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya. Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia.

Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya.

Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah.

Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya.

Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas.

Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar $ 300.000. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya.

Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya.

Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih.

Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa saya ingin mati". Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati".

"Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini." Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan.

Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya.

Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah melihat foto ini". Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru.

Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.

Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.

Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng.

Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini.

Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar.

Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan, tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia.

Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di-email bahkan menulis: Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah.

Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta. Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota.

Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus.

Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah.

Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata.

Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perempuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik".

Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email.

Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol.

Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan. Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah.

Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah. Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan. “Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?" Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, "karena mereka semua adalah orang yang baik hati".

Yu Yuan kemudia berkata. "Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati". Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik".

Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat saya." Fu yung kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri.

Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang-orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar.

"Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh".

Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan.

Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup.

Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat.

Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang.

Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain. Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan.

Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah.." demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan.

Mereka adalah papa/mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.

Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 nov 1996- 22 agus 2005).

Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah: Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie.

Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian. Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi.

Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan, kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata Aku pernah datang dan aku sangat patuh".

22 Jul 2013

Uang 10 Ribu Rupiah itu Membuat Dia Mengerti Cara Bersyukur

Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!

Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu

oleh Andy Swan
Via http://myquran.org/forum/index.php/topic,82145.0.html

Jawaban Elegan dari Tukang Bakso


Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita – cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso". 

diposkan oleh syaskastupnya di kaskus http://livebeta.kaskus.co.id/post/000000000000000460001231#post000000000000000460001231
gambar dari http://agsfood.blogspot.com/2008/09/bakso-tenis.html

16 Jul 2013

Pelajaran Puasa dari Pohon Jati

Pohon-pohon jati itu melepaskan dedaunannya. Daun-daun kecoklatan terbang dan terhempas ringan di atas tanah. Lantai hutan jati terlihat penuh dengan daun lebar kering berwarna coklat muda yang berserakan. Hutan jati dalam keadaan meranggas saat itu.

Dua orang melintas pelan di hutan itu. Seorang pria dengan janggut panjang dan pria satunya masih sangat belia. Dua orang ini adalah murid dan guru yang berkelana mencari kearifan hidup.

”Guru, dua bulan lalu, kita pernah melintasi hutan jati di tempat lain. Waktu itu kita merasakan kesejukan dibawah naungan pepohonan jati dengan daun hijaunya yang segar dan bunga-bunganya yang sedang mekar. Kali ini, hampir tak ada daun yang melekat di ranting pepohonan ini. Apa jati ini harus menggugurkan daunnya setiap tahun guru?” Tanya sang murid.

” Kemarau dengan panas yang terik dan air dari langit yang tertahan, mengharuskan jati melewati hari harinya dengan melepas dedaunannya. Begitulah jati menempa dirinya muridku.” Jawab sang guru singkat.

”Bagaimana caranya jati bisa tumbuh dan berkembang tanpa daun. Bukankah daun sangat penting untuk menyerap matahari dan menguapkan air bagi tumbuhan. Mereka bisa mati kalau begitu terus, Guru?” Sang murid mendesak gurunya menjelaskan.

Sang guru kemudian menjawab rasa penasaran muridnya.
”Itulah hikmah yang Tuhan berikan melalui pohon jati. Meski tanpa daun, pohon jati justru sedang menempa dirinya menjadi salah satu pohon terbaik di bumi ini. Dia takkan mati. Ia bahkan sedang ”berpuasa” untuk tidak berkembang secara kasat mata. Ia sedang menempa dirinya untuk sanggup bertahan dengan ujian kekurangan air dan panasnya cuaca. Ia melewati ujian itu sambil mengugurkan masalah yang ada di daun dan memperbaiki kulitas kayu di batangnya.”

”Menggugurkan masalah...?Artinya daun-daun itu kalau terus ada dan bekerja di musim kemarau bisa mengganggu pertumbuhan pohon karena boros air. Nantinya bagian pohon lain seperti batang dan akar bisa terganggu ya, Guru?” Sang murid mencoba menganalisis penjelasan gurunya.”

”Benar sekali muridku. Sama halnya dengan tubuh kita. Pada saatnya kita harus mengistirahatkan anggota badan kita seperti perut untuk mengurangi kerjanya. Itu sangat diperlukan agar bagian lain dari diri kita berfungsi lebih optimal. Misalnya, saat perut beristirahat mengolah makanan, bagian tubuh lain khususnya pikiran dan jiwa kita bisa lebih optimal bekerja. Bukankah perut kita adalah salah satu sumber munculnya penyakit.” Sang guru mulai menjelaskan kearifan alam yang diamatinya

”Mungkin daun-daun itu bisa kita andaikan sebagai dosa-dosa kita. Saat kita mau berkorban untuk menahan diri dan bertahan dari ujian, Tuhan akan memberi kita karunia-Nya berupa bergugurannya dosa-dosa kita. Pada saat dosa-dosa itu berlepasan dalam diri kita, kita merasakan hidup ini lebih tenang dan bahagia. Bahagia itulah kualitas tertinggi yang diraih manusia dan sekaligus karunia dari-Nya. Kamu ingin hidup bahagia kan muridku? Sang guru menepuk punggung muridnya.

”Eh iya guru, pasti. Makanya kita harus segera sampai di kampung agar tenang, gak kepanasan begini Guru”

”Kamu masih puasa, kan? Jangan kalah sama pohon Jati yang puasanya lebih panjang dari kita,” canda Sang Guru

”Hahaha...” Guru dan murid tertawa. Mereka mendapatkan kearifan hidup dari bergugurannya dedaunan pohon Jati.

Oleh Achmad Siddik Thoha

Hikmah Sholat Tarawih

Assalamau'alaikum Sobat,
gak kerasa ya hari ini udah memasuki hari kelima kita puasa. Masih semangat kan? :) Kalo aku tetep semangat donk ampe titik darah penghabisan.. hee
Jangan lupa juga nih tarawihnya.. moga aja gak ada yang bolong-bolong nih :D

Sob, ngomongin Shalat Tarawih nih, ada yg tahu gak hikmah-hikmah yg terkandung dalam perintah & pelaksanaan Shalat Tarawih??? harus tahu ya.. biar Tarawih makin khyusu' kalo kita tahu hikmah2nya.
nah, sebelum kita belajar tentang hikmahnya, yuk kita kenalan dulu.. apa sih itu Tarawih?

Arti Tarawih (Wikipedia)

Tarawih (Arabic: تراويح‎) refers to extra congregational prayers performed by Muslims at night in the Islamic month of Ramadan. Contrary to popular belief, they are not compulsory. However, many Muslims pray these prayers in the evening during Ramadan. Some scholars maintain that Tarawih is neither fard or a Sunnah, but is the preponed Tahajjud (night prayer) prayer shifted to post-Isha' for the ease of believers. But majority of Sunni scholars regard the Tarawih prayers as Sunnat al-Mu'akkadah, a salaat that was performed by the Islamic prophet Muhammad very consistently.

Salat Tarawih (kadang-kadang disebut teraweh atau taraweh) adalah salat sunnat yang dilakukan khusus hanya pada bulan ramadan. Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari تَرْÙˆِÙŠْØ­َØ©ٌ yang diartikan sebagai "waktu sesaat untuk istirahat". Waktu pelaksanaan salat sunnat ini adalah selepas isya', biasanya dilakukan secara berjama'ah di masjid. Fakta menarik tentang salat ini ialah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam hanya pernah melakukannya secara berjama'ah dalam 3 kali kesempatan. Disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam berikutnya karena takut hal itu akan menjadi diwajibkan kepada ummat muslim (lihat sub seksi hadits tentang tarawih).
Raka'at Salat
Terdapat beberapa praktik tentang jumlah raka'at dan jumlah salam pada salat tarawih, pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam jumlah raka'atnya adalah 8 raka'at dengan dilanjutkan 3 raka'at witir. Dan pada zaman khalifah Umar menjadi 20 raka'at dilanjutkan dengan 3 raka'at witir. Perbedaan pendapat menyikapi boleh tidaknya jumlah raka'at yang mencapai bilangan 20 itu adalah tema klasik yang bahkan bertahan hingga saat ini, seperti yang dilakukan sebagian besar pengikut Nahdlatul Ulama. Sedangkan mengenai jumlah salam praktik umum adalah salam tiap dua raka'at namun ada juga yang salam tiap empat raka'at. Sehingga bila akan menunaikan tarawih dalam 8 raka'at maka formasinya adalah salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at sebagaimana yang dilakukan sebagian besar pengikut Muhammadiyah.
Niat Salat.

Niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya, apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana.

Secara lengkap, niat salat tarawih 2 rakaat adalah:

 َØ£ُصَÙ„ِّÙ‰ سُÙ†َّØ©َ التَّرَاوِيحِ رَÙƒْعَتَÙŠْÙ†ِ Ù…َØ£ْÙ…ُومًا/Ø¥ِÙ…َامًا للهِ تَعَالَÙ‰

"Ushalli sunnatat taraawiihi rak'ataini (ma'muman/imaaman) lillahi ta'aalaa."

Artinya: " Aku niat Salat Tarawih dua rakaat (menjadi makmum/ imam) karena Allah Ta'ala"

ATAU
 َØ£ُصَÙ„ِّÙ‰ سُÙ†َّØ©َ التَّرَاوِيحِ رَÙƒْعَتَÙŠْÙ†ِ للهِ تَعَالَÙ‰

"Usholli sunnatattarowihi rok'ataini lillahi ta'ala" 

Artinya: " Aku niat Salat Tarawih dua rakaat karena Allah Ta'ala"

Walaupun demikian, ada beberapa cara dalam mengerjakan salat Tarawih, salah satunya dengan formasi 2 kali 4 rakaat masing masing dengan sekali salam setiap selesai 4 rakaat. Oleh karena itu, dalam niat salat tarawih, niatnya disesuaikan menjadi "arba'a raka'atin".

Beberapa Hadits Terkait
  1. “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pada suatu malam salat di masjid lalu para sahabat mengikuti salat Beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) Beliau salat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti salat Nabi n), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadan.” (Muttafaqun ‘alaih)
  2. "Artinya : Dari Jabir bin Abdullah radyillahu 'anhum, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah salat bersama kami di bulan Ramadan (sebanyak) delapan raka'at dan witir (satu raka'at). Maka pada hari berikutnya kami berkumpul di masjid dan mengharap beliau keluar (untuk salat), tetapi tidak keluar hingga masuk waktu pagi, kemudian kami masuk kepadanya, lalu kami berkata : Ya Rasulullah ! Tadi malam kami telah berkumpul di masjid dan kami harapkan engkau mau salat bersama kami, maka sabdanya "Sesungguhnya aku khawatir (salat itu) akan diwajibkan atas kamu sekalian".(Hadits Riwayat Thabrani dan Ibnu Nashr)
  3. "Aku perhatikan salat malam Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, yaitu (Ia) salat dua raka'at yang ringan, kemudian ia salat dua raka'at yang panjang sekali, kemudian salat dua raka'at, dan dua raka'at ini tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya, kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian witir satu raka'at, yang demikian adalah 13 raka'at".Diriwayatkan oleh Malik, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud dan Ibnu Nashr.
  4. "Artinya : Dari Abi Salamah bin Abdurrahman bahwasanya ia bertanya kepada 'Aisyah radyillahu anha tentang salat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam di bulan Ramadan. Maka ia menjawab; Tidak pernah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam kerjakan (tathawwu') di bulan Ramadan dan tidak pula di lainnya lebih dari sebelas raka'at 1) (yaitu) ia salat empat (raka'at) jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian ia salat empat (raka'at) 2) jangan engkau tanya panjang dan bagusnya kemudian ia salat tiga raka'at".[Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim.
Referensi 
Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra, Semarang, 1993
(Indonesia) Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org
(Indonesia) Hadits Bukhari tentang Shalat Tarawih, HaditsBukhari.net
(Indonesia) Assunnah Tentang Tarawih
(Indonesia) Pesantren Virtual Panduan Puasa Ramadan
(Indonesia) Eramuslim, Konsultasi Seputar Jumlah Rakaat dan Salam Salat Tarawih

Hikmah Sholat Tarawih

Malam ke-1
Keluar dosa-dosa orang mukmin pada malam pertama seperti ia baru dilahirkan, mendapat ampunan dari Allah.

Malam ke-2
Dosa-dosa orang mukmin yang sholat tarawih serta kedua ibu bapaknya (sekiranya mereka orang beriman), telah diampuni Allah.

Malam ke-3
Berserulah malaikat di bawah ‘Arasy’ supaya dapat meneruskan sholat tarawih terus-menerus sehingga Allah akan mengampuni dosa Anda.

Malam ke-4
Pahalanya Setara dengan Membaca 4 kitab Sekaligus ( Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran ) untuk memperoleh pahala.

Malam ke-5
Allah mengaruniakan pahala seperti orang sholat di Masjidilharam, Masjid Madinah dan Masjidil Aqsa.

Malam ke-6
Allah mengaruniakan pahala dari malaikat-malaikat yang tawaf di Baitul Ma’mur (70 ribu malaikat sekali tawaf), serta setiap batu-batu dan tanah-tanah mendoakan supaya Allah mengampuni dosa-dosa orang yang mengerjakan sholat tarawih pada malam ini.

Malam ke-7
Seolah-olah bertemu dengan Nabi Musa serta menolong Nabi AS menentang musuh ketatnya Fi’raun dan Hamman.

Malam ke-8
Allah mengaruniakan pahala kepada orang shalat tarawih seperti yang telah dikaruniakan kepada Nabi Allah Ibrahim AS.

Malam ke-9
Allah mengaruniakan pahala dan menaikkan mutu ibadah hambanya seperti Nabi Muhamad S.A.W.

Malam ke-10
Allah SWT mengaruniakan kebaikan di dunia dan akhirat.

Malam ke-11
Kita akan keluar seperti baru dilahirkan dan bersih daripada dosa dan dunia (mati).

Malam ke-12
Allah datang pada hari kiamat dengan muka yang bercahaya (cahaya ibadahnya).

Malam ke-13
Allah datang pada hari kiamat dalam aman sentosa untuk tiap-tiap kejahatan dan keburukan.

Malam ke-14
Malaikat datang menyaksikan proses shalat tarawih, dan Allah tidak akan menghukumnya di hari kiamat.

Malam ke-15
Semua malaikat akan menanggung Arasy, Kursi, berselawat dan mendoakan supaya Allah mengampuni dosa Anda.

Malam ke-16
Allahsubhanahuwata’ala tertulis baginya, terlepas daripada neraka dan masuk ke surga.

Malam ke-17
Allah mengaruniakan orang yang bertarawih pahalanya pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.

Malam ke-18
Malaikat berseru, “Hai hamba Allah sesungguhnya Allah telah ridho kepada engkau dan ibu bapak engkau (yang masih hidup atau mati)”.

Malam ke-19
Allah Subhanahuwataala tinggikan derajatnya di dalam surga Firdaus.

Malam ke-20
Allah mengaruniakan pahala kepada orang yang mati syahid dan orang-orang solihin.

Malam ke-21
Allah membangun sebuah istana dalam surga daripada nur.

Malam ke-22
Allah datang pada hari kiamat, membahagiakan tiap orang yang berdukacita dan menghadapi kerisauan.

Malam ke-23
Allah Subhanahuwataala membangun sebuah bandar di dalam surga daripada nur.

Malam ke-24
Allah membuka peluang 24 doa yang mustajab bagi orang bertarawih malam ini.

Malam ke-25
Allah Taala mengangkat Anda dari siksa kubur.

Malam ke-26
Allah mengaruniakan pahala kepada orang bertarawih pada malam ini seperti 40 tahun ibadat.

Malam ke-27
Allah mengaruniakan orang bertarawih pada malam ini, segala kekuatan melewati titian Sirotolmustaqim seperti kilat menyambar.

Malam ke-28
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengaruniakan pahala 1000 derajat di akhirat.

Malam ke-29
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengaruniakan pahala 1000 kali haji yang mabrur.

Malam ke-30
Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan penghormatan kepada orang bertarawih pada malam terakhir.

Catatan:
10 hari kesatu bulan Ramadhan adalah fase pelimpahan rahmat Allah.
10 hari kedua bulan Ramadhan adalah fase pengampunan Allah.
10 hari ketiga bulan Ramadhan adalah fase pembebebasan dari api neraka.

( Sumber: Kitab Riadus Sholihin )

gimana Sob, udah tahu kan apa itu Tarawih dan hikmah2nya??
tetep semangat ya jalanin Tarawih ma puasanya.. :D

13 Jul 2013

IBU BUTA YANG MEMALUKANKU

Saat aku beranjak dewasa, aku mulai mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebahagiaan memiliki banyak pengagum di sekolah, kebahagiaan karena kepintaranku yang dibanggakan banyak guru. Itulah aku, tapi satu yang harus aku tutupi, aku malu mempunyai seorang ibu yang Buta! Matanya tidak ada satu. Aku sangat malu, benar-benar malu. Aku sangat menginginkan kesempurnaan terletak padaku, tak ada satupun yang cacat dalam hidupku juga dalam keluargaku. Saat itu ayah yang menjadi tulang punggung kami sudah dipanggil terlebih dahulu oleh yang Maha Kuasa. Tinggallah aku anak semata wayang yang seharusnya menjadi tulang punggung pengganti ayah. Tapi semua itu tak kuhiraukan. Aku hanya mementingkan kebutuhan dan keperluanku saja. Sedang ibu bekerja membuat makanan untuk para karyawan di sebuah rumah jahit sederhana.

Pada suatu saat ibu datang ke sekolah untuk menjenguk keadaanku. Karena sudah beberapa hari aku tak pulang ke rumah dan tidak tidur di rumah. Karena rumah kumuh itu membuatku muak, membuatku kesempurnaan yang kumiliki manjadi cacat. Akan kuperoleh apapun untuk menggapai sebuah kesempurnaan itu.

Tepat di saat istirahat, Kulihat sosok wanita tua di pintu sekolah. Bajunya pun bersahaja rapih dan sopan. Itulah ibu ku yang mempunyai mata satu. Dan yang selalu membuat aku malu dan yang lebih memalukan lagi Ibu memanggilku. “Mau ngapain ibu ke sini? Ibu datang hanya untuk mempermalukan aku!” Bentakkan dariku membuat diri ibuku segera bergegas pergi. Dan itulah memang yang kuharapkan. Ibu pun
bergegas keluar dari sekolahku. Karena kehadiranya itu aku benar-benar malu, sangat malu. Sampai beberapa temanku berkata dan menanyakan. “Hai, itu ibumu ya???, Ibumu matanya satu ya?” yang menjadikanku bagai disambar petir mendapat pertanyaan seperti itu.

Beberapa bulan kemudian aku lulus sekolah dan mendapat beasiswa di sebuah sekolah di luar negeri. Aku mendapatkan beasiswa yang ku incar dan kukejar agar aku bisa segera meninggalkan rumah kumuhku dan terutama meninggalkan ibuku yang membuatku malu. Ternyata aku berhasil mendapatkannya. Dengan bangga kubusungkan dada dan aku berangkat pergi tanpa memberi tahu Ibu karena bagiku itu tidak perlu. Aku hidup untuk diriku sendiri. Persetan dengan Ibuku. Seorang yang selalu mnghalangi kemajuanku.

Di Selolah itu, aku menjadi mahasiswa terpopuler karena kepintaran dan ketampananku. Aku telah sukses dan kemudian aku menikah dengan seorang gadis Indonesia dan menetap di Singapura.

Singkat cerita aku menjadi seorang yang sukses, sangat sukses. Tempat tinggalku sangat mewah, aku mempunyai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan aku sangat menyayanginya. Bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku untuk putraku itu.

10 tahun aku menetap di Singapura, belajar dan membina rumah tangga dengan harmonis dan sama sekali aku tak pernah memikirkan nasib ibuku. Sedikit pun aku tak rindu padanya, aku tak mencemaskannya. Aku BAHAGIA dengan kehidupan ku sekarang.

Tapi pada suatu hari kehidupanku yang sempurna tersebut terusik, saat putraku sedang asyik bermain di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang wanita tua renta dan sedikit kumuh menghampirinya. Dan kulihat dia adalah Ibuku, Ibuku datang ke Singapura. Entah untuk apa dan dari mana dia memperoleh ongkosnya. Dia datang menemuiku.

Seketika saja Ibuku ku usir. Dengan enteng aku mengatakan: “HEY, PERGILAH KAU PENGEMIS. KAU MEMBUAT ANAKKU TAKUT!” Dan tanpa membalas perkataan kasarku, Ibu lalu tersenyum, “MAAF, SAYA SALAH ALAMAT”

Tanpa merasa besalah, aku masuk ke dalam rumah.

Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari sekolah SMA ku. Aku pun datang untuk menghadirinya dan beralasan pada istriku bahwa aku akan dinas ke luar negeri.

Singkat cerita, tibalah aku di kota kelahiranku. Tak lama hanya ingin menghadiri pesta reuni dan sedikit menyombongkan diri yang sudah sukses ini. Berhasil aku membuat seluruh teman-temanku kagum pada diriku yang sekarang ini.

Selesai Reuni entah megapa aku ingin melihat keadaan rumahku sebelum pulang ke Sigapore. Tak tau perasaan apa yang membuatku melangkah untuk melihat rumah kumuh dan wanita tua itu. Sesampainya di depan rumah itu, tak ada perasaan sedih atau bersalah padaku, bahkan aku sendiri sebenarnya jijik melihatnya. Dengan rasa tidak berdosa, aku memasuki rumah itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ku lihat rumah ini begitu berantakan. Aku tak menemukan sosok wanita tua di dalam rumah itu, entahlah dia ke mana, tapi justru aku merasa lega tak bertemu dengannya.

Bergegas aku keluar dan bertemu dengan salah satu tetangga rumahku. “Akhirnya kau datang juga. Ibu mu telah meninggal dunia seminggu yang lalu”

“OH…”

Hanya perkataan itu yang bisa keluar dari mulutku. Sedikit pun tak ada rasa sedih di hatiku yang kurasakan saat mendengar ibuku telah meninggal. “Ini, sebelum meninggal, Ibumu memberikan surat ini untukmu”

Setelah menyerahkan surat ia segera bergegas pergi. Ku buka lembar surat yang sudah kucal itu.

Untuk anakku yang sangat Aku cintai,
Anakku yang kucintai aku tahu kau sangat membenciku. Tapi Ibu senang sekali waktu mendengar kabar bahwa akan ada reuni disekolahmu.
Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi. karena aku yakin kau akan datang ke acara Reuni tersebut.
Sejujurnya ibu sangat merindukanmu, teramat dalam sehingga setiap malam Aku hanya bisa menangis sambil memandangi fotomu satu-satunya yang ibu punya.Ibu tak pernah lupa untuk mendoakan kebahagiaanmu, agar kau bisa sukses dan melihat dunia luas.
Asal kau tau saja anakku tersayang, sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu.
Mataku yang kuberikan padamu waktu kau kecil. Waktu itu kau dan Ayah mu mengalami kecelakaan yang hebat, tetapi Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu mengalami kebutaan. Aku tak tega anak tersayangku ini hidup dan tumbuh dengan mata yang cacat maka aku berikan satu mataku ini untukmu.
Sekarang aku bangga padamu karena kau bisa meraih apa yang kau inginkan dan cita-citakan.
Dan akupun sangat bahagia bisa melihat dunia luas dengan mataku yang aku berikan untukmu.
Saat aku menulis surat ini, aku masih berharap bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, Tapi aku rasa itu tidak mungkin, karena aku yakin maut sudah di depan mataku.
Peluk cium dari Ibumu tercinta

Bak petir di siang bolong yang menghantam seluruh saraf-sarafku, Aku terdiam! Baru kusadari bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku, tetapi diriku sendiri....!!!