15 Mar 2013

Ketika Candi-Candi Berbicara

Gerbang pertama Candi Cetho. 
Sahabat, kepada anda saya ingin menyampaikan fakta baru tentang relief "CANDI CETHO" di Karang Anyar dan "CANDI PENATARAN" di Jawa Timur. Pada kedua candi ini terdapat relief2 yang menggambarkan seorang raja (Jawa/Nusantara) yang dihormati oleh suku / relief / patung mirip Suku Maya, Sumeria, Aztec, bahkan figur Yahudi dll, pertanyaannya adalah fenomena apakah ini ? Selama ini sejarah negeri kita dibuatkan oleh para "ILMUWAN BARAT ( ULAMA BANI ISRAEL )" dan sebagian besar bangsa kita mengamini tanpa reserve, karya2 mereka menjadi buku wajib bagi sekolah2 kita, secara tidak sadar generasi kita mengalami cuci otak dalam waktu yg relatif lama, tugas kita sekarang adalah merekonstruksi kembali sejarah masa lampau Nusantara ini berdasarkan Alqur'an dengan cara mem-pazl-kannya dengan peninggalan2 nenek moyang kita khususnya candi2 di Tanah Jawa dimana istilah candi ini dalam Alqur'an disebut "MIHRAB".

Kalo anda baca kisah "SYAILENDRA" di Museum "TROWULAN" Mojokerto dimana dikisahkan bahwa di Tanah Jawa ada raja bernama Syailendra yg mampu menaklukkan gunung dan sanggup memutarnya saat melawan seorang "RAKSASA". Dalam sejarah Islam sendiri, kita mengenal Nabi Daud adalah satu-satunya nabi yang memiliki mu’jizat sanggup menaklukkan gunung, bahkan Alqur'an menyatakan gunung diputar untuk Nabi Daud a.s. dan dalam kisahpun Nabi Daud a.s. pernah mengalahkan seorang raksasa bernama "JALUT", dialah ayah dari Nabi Sulaiman a.s.

Daoed Joesoef (mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) dalam bukunya “BOROBUDUR” pada halaman 43, menjelaskan makna dari kata Sailendra berasal dari kata "SAILA INDRA" yang artinya Raja Gunung atau dari beberapa sumber, makna Sailendra inipun berasal dari kata "SALIN INDRA" yang artinya bisa menguasai/berganti-ganti alam, yaitu alam manusia , alam jin/setan dll dan alam binatang. Satu-satunya Nabi yang menguasai alam-alam ini, sehingga mampu berkomunikasi bahkan menguasainya adalah Nabi Sulaiman a.s. : “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata; ‘Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua itu benar-benar suatu karunia yang nyata” Jadi sebenarnya relief pada Candi Ceto dan Candi Penataran adalah informasi tentang "KEKHALIFAHAN NUSANTARA" yang menjadi “SUPER POWER DUNIA” dibawah kepemimpinan Nabi Daud , kemudian diwariskan kepada Nabi Sulaiman bersama-sama Ratu Bilqis, adapun perkiraan peta imajinatifnya dan sebaran etniknya adalah sbb : Dalam "PETA BUMI ITU ALQUR'AN", ternyata ayat2 Alqur'an dapat di-pazl-kan dengan ayat2 bergambar di Bumi, salah satu ayat bergambar adalah "CANDI BOROBUDUR" dimana pada relief lantai 3 candi tsb terdapat kisah tentang Nabi Daud, Nabi Sulaiman, burung Hud Hud dan Taabut Perjanjian, sedang Komplek Candi Prambanan dan Komplek Istana "RATU BOKO" merupakan ayat bergambar yg bercerita tentang "KISAH RATU BILQIS DAN NABI SULAIMAN". 

Di Yogyakarta ada negeri bernama "SLEMAN" yg sejatinya adalah "NEGERI SULAIMAN" dengan "TEMPLE OF SOLOMON"-nya yaitu "CANDI BOROBUDUR", Negeri Sleman ini dalam bahasa Ibraninya "YERUSALEM" dimana dlm teks2 Yahudi disebut Israel Selatan yg diperuntukkan bagi "SUKU YEHUDZA DAN BENYAMIN", suku ini dikenal sebagai "KAUM PERTUKANGAN", berambut keriting, dipimpin oleh Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, sedang Israel Utara disebut juga dengan "NEGERI SAMARIA", diperuntukkan bagi 10 Suku Bani Israel yg lain dimana di Negeri Samaria ini terdapat sebuah gunung bernama "GUNUNG MORIAH" yg lebih dikenal dengan sebutan "BUKIT ZION". Dalam mitologi tentang "NEGERI SEMARANG" disebutkan bahwa nama semarang diambilkan dari nama "BETHARA SEMAR" alias "BETHARA SAMARA", apabila dikaitkan dengan pembagian wilayah atas Kerajaan Sulaiman di atas, maka sejatinya "NEGERI SEMARANG" adalah "NEGERI SAMARIA" dan "GUNUNG MURIA" sebenarnya adalah "GUNUNG MORIAH" atau "BUKIT ZION" yg dijadikan simbol perjuangan "KAUM ZIONIS ISRAEL", wilayahnya terbentang sampai Borneo Utara ( apakah sebuah kebetulan Pulau "KALIMANTAN" juga disebut "PULAU SEMAR" ?), Laut Cina Selatan ketika masih berupa daratan hingga Indo China, Malaysia, Sumatra, Sulawesi hingga Papua. Ketika terjadi banjir besar di "BENUA NUSANTARA" dan menenggelamkan sebagian besar wilayah "SAMARIA", maka jadilah apa yg disebut dalam teks-teks Yahudi sebagai "10 SUKU BANI ISRAEL YANG HILANG", dan dalam kurun waktu ribuan tahun jadilah "YEHUDZA/JEWS" menjadi "SUKU JAWA", "SUKU SIMEON" menjadi "SUKU BATAK", dan sebenarnya apa yang disebut SUKU MINANGKABAU mempunyai nama asli bahasa Ibrani yaitu BAINANG KA YAKUBU atau B’NAI YAKUB (anak dari Ya’kub), adapun suku2 lain yg terindikasi sebagai 10 suku Israel yg hilang antara lain "SUKU JEPANG ASLI", "SUKU PATHAN AFGHANISTAN", "SUKU KASHMIR", "SUKU MANASYE MYANMAR", "SUKU KOCHIN INDIA", dan "SUKU CHIANG CHINA".

Dari uraian di atas, maka wajarlah apabila Rasulullah pernah bersabda : Tuntutlah ilmu walau ke "NEGERI SYAIN", pertanyaannya adalah dimanakah Negeri Syain itu ? Selama ini ummat Islam menyebut Negeri Syain adalah Negeri Cina, padahal sebenarnya adalah "NEGERI SYAILENDRA" yang jauh lebih maju dibandingkan Negeri Cina yg saat itu masih dilanda peperangan antar dinasti.

Kerasnya Hidup


dunia ini memang keras
keras untukku sebagai anak seorang buruh tani
yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari saja,
kadang tak cukup pula..

tapi,
keadaan inilah yang justru membuat aq menjadi kuat
menjadikanku kuat menjalani kerasnya hidup ini.
membuatku menjadi lebih paham & mengerti
tentang bagaimana seharusnya aku menjalani hidup dengan keadaan seperti ini...

aku tak mengeluh
aku tak menyalahkan siapapun
karna aku tahu inilah garis kehidupan yang memang seharusnya aku jalani..

aku punya Dia
Sang Maha Penolong yg slalu ada saat sulit dan dukaku,
aku punya Bapak, aku punya Ibu, aku punya adik-adikku
sebagai penyemangatku meneruskan perjalanan hidup yg cukup melelahkan ini..

Friday, March 14, 2013 03.10 pm
Oyon

13 Mar 2013

Korelasi Geologis Antara Ka'bah dan Candi Borobudur

Dalam sebuah manuskrip kuno berumur 1418 tahun, orang menyebutnya “ALQUR’ANUL KARIIM” yang artinya “BACAAN AJAIB”, inilah misi rahasia Nabi Muhammad hanya untuk menyampaikan “Bacaan Ajaib”, sedang misi rahasia Nabi Sulaiman di Nusantara ini menyampaikan lintasan asmaul husna “GHANIYUN KARIIM” artinya “KAYA KEAJAIBAN”. Dalam Alqur’an disebutkan bahwa “KA’BAH” adalah “SUMBER ILMU”, artinya kalau ingin mengetahui rahasia sejarah geologis bumi secara pasti, maka keywordnya adalah istilah ka’bah. Setelah kita klik istilah ka’bah dalam Alqur’an ternyata implementasi kalimatnya adalah tentang perintah wudhu dimana bagian terakhir yang disucikan adalah bagian kaki sampai dengan “KA’BAINA” yaitu “DUA MATA KAKI”, maka “ka’bah” berarti “mata kaki” atau “PUSAT PUTAR”, hal ini memberikan informasi kepada kita bahwa Makkah adalah “KUTUB UTARA PURBA” sebelum “ARCTIC”, daratan sebingkah sebelum terbentuknya benua2 dalam Alqur’an disebut “BAKKAH”, menurut Encyclopedia Americana disebut “PANGAEA”.


Ka’bah juga bisa disebut “SEUMPAMA MATA”, seolah ini perintah dari Allah SWT. agar kita memperhatikan mata kita, titik hitam di tengah mata seolah menggambarkan ka’bah, lingkaran yang mengelilingi titik hitam seolah menggambarkan orang berthawab dan lobang kelenjar air mata seolah menggambarkan “SUMUR ZAM ZAM”, sebuah mata air purba yang tak pernah kering. Kemudian perhatikan kepala kita, tarik garis lurus dari mata ke samping kanan atau kiri, maka bertemulah “DUA TELINGA”, klik search google earth, tarik garis lurus dari Ka’bah, maka akan bertemu dengan “BOROBUDUR”, inilah Negeri Nusantara yang dulunya satu benua, dalam Alqur’an disebut “NEGERI SABA”. Kata saba berasal dari bahasa Jawi Kuno “SOBO” artinya “TEMPAT PERTEMUAN”, maka Negeri Saba adalah “SATU BENUA” tempat bertemunya bangsa2 atau “PUSAT PERADABAN”.


Negeri Nusantara disimbulkan dengan “TELINGA” seolah ingin memberikan informasi bahwa suatu saat kelak akan hadir di negeri ini suatu generasi yang dengan tekun dan sabar suka mendengar perkataan baik. Cobalah teliti desain telinga, didalamnya ada struktur bangunan berbentuk “RUMAH SIPUT”, simbul pergerakan “GALAXY DAN ALAM SEMESTA”. Rumah Siput ini berfungsi sebagai kendang telinga, didalam rumah siput ini ada “AIR” yang volumenya stabil tidak boleh kurang tidak boleh lebih, fungsi air ini berhubungan dengan saraf keseimbangan tubuh agar tubuh manusia dapat tegak berdiri dengan stabil, struktur Rumah Siput ini secara proyektif juga ada pada “KA’BAH”, gambarlah ka’bah kemudian masukkan siput dengan meletakkan kepalanya pada sumur zam zam, maka jadilah gambar hamba Allah sedang bersujud. Informasi ini seolah ingin menunjukkan kepada kita bahwa deposit air di Nusantara ini cukup tersedia dan tugas kita adalah menjaga stabilitas sumber air melalui pelestarian hutan2 tropis negeri ini sebagai “PARU-PARU DUNIA”. 

Sebagai bukti, cobalah lakukan pemindaian melalui satelit atas Negeri Nusantara ini, maka ternyata dibawah laut perairan Nusantara ini terdapat banyak sungai-sungai purba yang sampai saat ini masih aktif, hal ini menunjukkan bahwa dulunya “PERAIRAN DANGKALAN SUNDA” adalah daratan luas yang bersatu dengan daratan Asia, sedang kepulauan nusantara saat ini adalah gunung2 raksasa yang terhindar dari “BANJIR BESAR”, banjir di Negeri Saba ini dalam Alqur’an disebut “SAILAL ‘ARIM”.

TANAH JAWA : INILAH NEGERI PARA NABI

“TANAH JAWA : INILAH NEGERI PARA NABI”, yang telah terkubur oleh sejarah, bahkan oleh mereka yang menamakan diri “PENGANUT KEJAWEN”, dari hasil riset peneliti muda yang tergabung dalam Tim Sains Spiritual Alqur’an sebagaimana dipublikasikan di situs http://www.ssq-dla.com dimana mereka telah menyelenggarakan “EKSPEDISI MENJELAJAH NEGERI PARA NABI”, mereka menemukan bahwa situs Nabi Daud dan Sulaiman ada di Jawa Tengah, sedang situs Nabi Nuh ada di Jawa Timur dimana di daerah ini terdapat kembaran Gunung Ararat di Turki yaitu gunung tempat berlabuhnya perahu Nabi Nuh, fosil perahu ini setelah diteliti archeolog Belanda menyimpulkan bahwa perahu tsb terbuat dari kayu jati berkapur, kayu ini hanya ada di Jawa. Setelah fosil kayu ini umurnya diukur melalui tehnik Isotop C14, ternyata Nabi Nuh hidup setelah zaman Nabi Ibrahim dan tempat tinggalnya di Tanah Jawa, fakta ini tentu memerlukan kajian lebih lanjut apakah benar fosil perahu tersebut adalah fosil perahu Nabi Nuh.

Majalah Times edisi 1 Februrari 2010, memuat pernyataan Ravael Grinberg, seorang dosen di Universitas Tel Aviv. Ia mengatakan, “Secara teori, seharusnya Anda sudah mendapatkan sesuatu hanya setelah melakukan penggalian selama enam minggu. Tapi nyatanya setelah dilakukan penggalian tanpa henti selama dua tahun, tidak ada hasil apapun yang memuaskan.” 

Times menyebutkan, dalam empat tahun terakhir, berbagai organisasi Yahudi ekstrim sudah mengepung kota Jerussalem untuk melakukan penggalian bawah tanah di sekitar dan bawah Masjid Al Aqsha. Termasuk Organisasi Eilad, yang juga focus bekerja untuk mendirikan pemukiman imigran yahudi di Jerusalem . Selain itu, juga lembaga Eir David yang focus melakukan penggalian di Silwan. Menurut Profesor Finskltain asal Israel , yang juga ilmuwan sejarah di Universitas Tel Aviv, “Mereka yang melakukan penggalian bawah tanah di Jerussalem mencampur adukkan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Eilad meyakini dogma agama bahwa ada peninggalan sejarah Daud di sana , tapi sampai sekarang tak pernah ditemukan.” 

Selain itu, Profesor Yone Mazarahe, juga pakar arkeologi Israel mengatakan, “Eilad tidak menemukan apapun dari penggalian. Bahkan sekedar plang tulisan “Selamat Datang” di Istana Daud, juga tidak ditemukan. Mereka hanya mendasarkan keyakinan pada teks teks yang dianggap suci oleh mereka sebagai panduan penggalian.” 

Dari fakta2 ini, bisa saja kita simpulkan bahwa Bani Jawi (suku2 di Nusantara) ini adalah Bani Israel yang tetap beriman kepada Nabi Musa dan mendiami tanah yang dijanjikan (THE PROMISED LAND) yaitu Benua Atlantis yang sekarang disebut Indonesia, sedang Bani Israel yang berdiaspora ke seluruh dunia adalah mereka yang dikutuk oleh Allah karena mendustakan Nabi Musa AS. Adapun Bani Israel yang sekarang menjajah Palestina sebenarnya Yahudi produk rekayasa, maksudnya Bani Israel dari suku ke 13 yaitu SUKU KAZAR, hasil kawin campur Bani Israel yang berdiaspora dengan penduduk lokal dan saat ini posisinya mayoritas. Klaim atas Yerusalem sebenarnya sebuah kekeliruan yang disengaja, padahal Yerusalem, Temple of Solomon dan Taabut yang mereka cari selama ribuan tahun berada di Tanah Jawa yaitu CANDIBOROBUDUR DAN NEGRI SLEMAN di Yogyakarta. 

Dalam Alqur’an “taabut” mempunyai arti “kode rahasia kerajaan” yang disimpan oleh Nabi Daud, saat ini “taabut” tsb sedang dibuka rahasianya melalui candi2 yang dibangun sejak zaman Nabi Sulaiman khususnya “Candi Borobudur”, perlu diingat sebenarnya kata “CANDI” berasal dari kata “SANDI” artinya “KODE RAHASIA”, dengan demikian rahasia jejak para nabi akan segera terkuak setelah ayat Allah berupa tulisan bergambar yang ada pada candi2 di Negeri Sleman di “puzzle”kan dengan ayat2 Allah dalam Alqur’an. 

Sebagian besar ummat Islam saat ini terkecoh oleh keyakinan bahwa ” Palestina” adalah negeri yang diberkahi dan Yerusalem adalah kota suci Islam ketiga setelah Makkah dan Madinah, hal ini karena ummat Islam banyak terpengaruh hadits2 Israeliyat khususnya tentang Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Perlu ekstra hati2 dlm mengutip hadits tentang Isra’ Mi’raj karena sebagian besar hadits palsu dan dibuat oleh kaum munafik dari kalangan Bani Israel, para ahli hadits menyebutnya sebagai HADITS ISRAILIYAT. Karena hadits2 inilah ummat Islam di luar Palestina terseret dalam permusuhan dengan Israel dan menjadikan Yerusalem sebagai kota suci ketiga ummat Islam, padahal waktu kanjeng Nabi Isra’ Mi’raj apa yang disebut Masjidil Aqsa masih berupa Gereja, waktu itu Yerusalem masih dikuasai Roma. Kalo waktu itu dikatakan Nabi menjadi imam shalat berjamaah dengan para Nabi, pertanyaannya shalat apakah gerangan ? Sementara dalam hadits2 Israiliyat tsb dikatakan Isra’ Mi’raj dalam rangka menjemput perintah shalat 5 waktu sebagai hasil transaksi antara Nabi dengan Allah SWT dengan Nabi Musa sebagai konsultannya, seolah mengesankan ummat Yahudi lebih kuat dari ummat Muhammad, kemudian pertanyaan berikutnya adalah mengapa harus Nabi Musa yang menjadi rujukan Nabi Muhammad ? Inilah cerdasnya Bani Israel yang telah berhasil menusuk jantung aqidah ummat Islam melalui hadits2 palsunya hingga ummat Islam terpecah belah, energi terkuras habis karena terseret dalam pusaran “Konflik Israel - Palestina”, sementara Bani Israel karena ketekunannya telah berhasil menguasai dunia melalui infiltrasi kesegenap lini kehidupan. Saat ini fokus mereka adalah Indonesia khususnya Tanah Jawa, mengapa Jawa ? Dalam Alqur’an dikatakan bahwa “ULAMA2 (ILMUWAN) BANI ISRAEL” mengenal Alqur’an sebagaimana mereka mengenal anak2nya sendiri, cobalah kita mengambil ibrah dari kemampuan Nabi Daud As dalam teknologi peleburan besi dan manajemen pengelolaan gunung yang diwariskan di Tanah Jawa ( Atlantis ) banyak meninggalkan bangunan2 misteri semisal Candi Borobudur, Piramida2 Mesir dan Piramida Aztek. Dalam peradaban ini para pendirinya adalah 3 sosok yang luar biasa yaitu Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS dan Ratu Bilqis yang masing2 diberi kelebihan oleh Allah SWT. Sampai saat ini negeri kita adalah satu2nya negeri yang paling banyak diwarisi gunung berapi dan deposit besi titanium tak terbatas, yang tersebar di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Besi titanium ini sejak zaman Nabi Daud sampai sekarang digunakan sebagai bahan baku pembuatan senjata khususnya KERIS, besi titanium ini juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan “PESAWAT RUANG ANGKASA”, dan saat ini disekitar Candi Borobudur sedang dipersiapkan berdirinya Perguruan Tinggi Nuklir yang akan mempersiapkan desain dan pembuatan “PESAWAT PIRING TERBANG” oleh Tim SSQ, hanya dengan menguasai teknologi pesawat piring terbang, ummat Islam bakal mampu mengalahkan Zionis Israel dan para pendukungnya yang cenderung semakin destruktif di muka Bumi, Yahudi memang hanya bisa dikalahkan oleh Yahudi beriman karena memang kecerdasan dan ilmunya juga sepadan. Tapi aneh bin ajaib, sekarang ini banyak perusahaan2 skala dunia yang secara tersembunyi berafiliasi dengan Israel berlomba-lomba mengajukan ijin untuk mendirikan pabrik peleburan besi titanium di pantai selatan Jawa ( saat ini di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta sedang dibangun pabrik peleburan besi titanium terbesar di Asia Tenggara oleh perusahaan asal Australia ), sementara perusahaan2 besar lainnya yang sebagian besar juga milik orang Yahudi, baik Yahudi Eropa maupun Amerika sudah malang melintang menguasai hajat hidup bangsa Indonesia, sepertinya mereka akan mengembalikan penjajahan ala VOC tempo dulu (VOC adalah perusahaan milik Yahudi Belanda yang berhasil menjajah Indonesia). 

7 Mar 2013

7 Tanda Pria Punya Masa Depan Cerah



Apa yang Anda lihat ketika memilih pasangan? Pria yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang? Jika tujuan hubungan Anda hanya saat ini, mungkin itu cukup. Namun, bila yang Anda cari adalah hubungan yang serius hingga ke pernikahan, ada kriteria lain yang sebaiknya Anda lihat, yaitu potensi kesuksesan dia.



1. Punya tujuan hidup

Ketika Anda bertanya apa tujuan hidupnya, ia akan menjelaskan secara rinci kepada Anda rencana jangka pendek dan menengahnya, apa yang ingin ia lakukan setahun mendatang, lima tahun, dan seterusnya.

Bahkan, ia menyiapkan rencana cadangan untuk mengantisipasi kegagalan. Tidak hanya menjawab, "Kita lihat saja nanti, jalani saja hidup ini seperti air mengalir."

2. Mandiri

Ia tidak bergantung pada orang lain dan mengandalkan kemampuan sendiri dalam hal apa pun. Misalnya, sejak awal mula bekerja, ia menanggung sendiri biaya hidupnya tanpa bantuan orangtuanya. Pria seperti ini menunjukkan bahwa ia bertanggung jawab atas hidupnya dan hidup orang yang ia sayangi. Si dia juga tak pernah mengeluh mengenai pekerjaannya. Karena ia sadar, untuk mencapai kesuksesan, tentu dibutuhkan usaha dan kerja keras.

3. Hobi menolong

Anda tentu pernah mendengar ungkapan semakin banyak memberi, akan semakin banyak menerima. Percaya atau tidak, ungkapan ini memang ada benarnya. Jadi, bila pasangan termasuk pria yang ringan tangan membantu orang lain, Anda perlu berbangga hati mendukungnya. Sebab, ini akan menjadi bekal atau tabungan untuk menuju kesuksesannya di masa depan. Siapa tahu seseorang yang ia bantu saat ini berperan penting dalam kariernya di kemudian hari.

4. Bersahabat dan berwawasan

Sikapnya yang bersahabat ditambah dengan wawasan luasnya biasanya akan mudah mengambil hati banyak orang, termasuk saat melobi orang-orang penting yang berkaitan dengan kariernya. 

Pengetahuannya tentang berbagai hal termasuk berita-berita terkini akan membuat orang lain merasa nyaman berdiskusi dengannya.

Semakin banyak orang tertarik padanya, semakin luas juga networking-nya. Kalau sudah begini, Anda tak perlu khawatir dengan kualitas diri yang dimiliki si dia, kesuksesan pun akan segera menghampiri.

5. "Family man"

Pria yang bertanggung jawab dan menyayangi keluarganya biasanya adalah pria yang juga memerhatikan perkembangan kariernya. Ia akan selalu termotivasi meningkatkan karier lebih baik lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain itu, pria tipe ini cenderung setia pada pasangannya sehingga ia bisa menyeimbangkan waktu dan pikirannya untuk Anda dan pekerjaannya.

6. Memiliki investasi

Saat ini gaji si dia tak bisa dibilang besar? Tak perlu khawatir selama ia bisa mengatur pendapatannya dan tak selalu kehabisan uang di tengah bulan. Apalagi bila ia termasuk orang yang jeli melihat peluang bisnis. Tak perlu terlalu besar, berangkat dari bisnis kecil-kecilan pun bisa mengantarkannya menjadi pengusaha sukses. Dukung sepenuhnya ketika dia memiliki keinginan untuk mencicil rumah atau berinvestasi dalam bentuk lain, seperti saham atau reksa dana. Karena ini menunjukkan si dia sangat memikirkan masa depan.

7. Realistis dan lurus

Meskipun si dia bersemangat meraih mimpinya, tetap amati bagaimana usahanya meraih impian, jangan sampai si dia menghalalkan berbagai cara yang justru bisa menghancurkan masa depannya. Ingatkan untuk tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya. Bila si dia ahli dalam bidang teknologi informatika, ia tak perlu memaksakan diri untuk menjadi seorang public relations karena tertarik melihat temannya yang sukses di bidang tersebut. Masing-masing orang kan memiliki kelebihan yang berbeda-beda. [end]

6 Mar 2013

Hidupnya Hanya Ingin Bersama Allah SWT

Hampir semua teman saya berebut mendaftar jadi PNS. Mereka pun bertanya-tanya: “Kenapa dilepaskan peluang emas itu?” “Saya tidak tergiur,” itu jawaban yang bisa saya jawab. Bukan apa-apa, bagiku ada yang lebih mulia dan menantang dari sekedar jadi PNS dengan gaji tetap dan pensiunan terjamin. Apalagi, adanya kenaikan gaji guru serta tunjangan sertifikasi. 


Tapi, tetap saja, iming-iming itu tak menyurutkan niatku. Langkah berbeda itu murni muncul dari sebuah idealisme yang tumbuh ketika menimba ilmu di sebuah pesantren. Sebuah idealisme untuk menjadi seorang ustad dan dai. Aneh bagi banyak orang memang. Tapi itulah diriku. 

Gila dan bodoh, mungkin umpatan itu yang akan dikatakan kebanyakan orang ke pada saya. Bagaimana tidak? Peluang emas sudah ada di depan mata, justru saya biarkan begitu saja. Padahal, di luar sana, begitu banyak orang sibuk mencari kerja. Entah berapa lamaran pekerjaan yang telah ditolak, setidaknya itu saya ketahui dari berita di surat kabar baik cetak atau elektronik. Tiap hari, hampir ada saja cerita sarjana yang menganggur dan akhirnya hanya jadi pekerja serabutan. 

Saya sendiri, selepas kuliah bahasa inggris di sebuah perguruan tinggi swasta ternama di kota Pempek, Palembang tak mengajukan secarik lamaran pekerjaan pun. Apalagi mendaftar jadi pegawai PNS, tak terbersit sedikitpun di hatiku. Padahal, di daerah saya, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), peluang jadi PNS masih sangat terbuka lebar. Tingkat sarjana di daerah ini belum begitu signifikan seperti di Jawa. 

Bahkan, suatu saat, saya bertemu dekan fakultas bahasa Inggris yang pernah menjadi dosen pembimbing skripsiku. Dia menawariku menjadi dosen di kampusnya. Dia bilang, kualitas speaking dan Inggrisku mubazir jika disia-siakan. Dengan dijadikan dosen, tentu dengan peluang lainnya, setidaknya dapat beasiswa S2. Tapi, lagi-lagi hatiku menolak: ini bukan tujuanku! 

Mengetahui hal itu, orangtuaku marah. Katanya, betapa sulitnya orang mencari pekerjaan, eh peluang sudah di depan mata justru diabaikan. Saya sebenarnya bisa memaklumi orangtuaku. Orangtua manasih yang nggak ingin anaknya jadi orang sukses secara materi dan karir? Tapi, lambat laun setelah saya jelaskan, akhirnya keduanya mau menerima. Subhanallah, jarang ada orangtua seperti itu. 

Honor tak seberapa 


Saya pun mulai menjalani sebagai guru madrasah di sebuah pesantren merangkap sebagai pengasuh. Pesantren yang terletak di Kec Rambutan itu menampung santri yang tidak mampu. Mereka datang dari berbagai tempat di sekitar Palembang. Tak jarang juga yang berasal dari daerah transmigrasi. 


Di pesantren ini hanya ada MTs dan SMA. Untuk SMA hanya baru menerima santri putri, karena masih terkendala gedung sekolah. Mencari santri di Palembang bisa dibilang cukup sulit. Animo orangtua menyantrikan anaknya rendah. Tak seperti di daerah Jawa, Madura misalnya. Hampir setiap desa di pulau garam ini ada pesantren dan jumlah santrinya cukup banyak. Sementara, di Palembang, hemat saya, para orangtua lebih suka menyekolahkan anak mereka ke sekolah negeri. Kendati pesantren ini sudah berusia 15 tahun lebih, tapi santrinya sekitar 150 orang. 

Saya pun tak mau berhenti hanya berfikir di situ. Mungkin saja kondisi itu karena kualitas di pesantren ini masih rendah. Jadi, belum banyak masyarakat yang berminat. Wajar saja, di pesantren ini, jumlah guru bisa dihitung jari. Itupun kadang masuk kadang tidak. Tak pelak, santri pun jadi jarang belajar. Kualitas mereka juga tak seberapa. Mereka kebanyakan memiliki semangat juang tinggi tapi sedikit ilmu. 

Setidaknya, realitas itulah yang membulatkan niatku mengabdi di pesantren ini. Saya tak perduli tentang dosen, karir, PNS atau jabatan lainnya. Bagiku, mengabdi di pesantren ini lebih dari cukup. Para santri yang haus ilmu lebih dari ladang gersang yang harus disirami air. Ibarat di kegelapan, mereka butuh lentera. Lentera yang menerangi mereka dari kebodohan tentang agama dan ilmu. Kondisi inilah yang selalu memompa semangatku untuk menyirami mereka dengan ilmu. 

Kendati untuk hal itu, saya harus menjalani kondisi yang bagi kebanyakan orang, mungkin tak menyenangkan. Makan seadanya dan honor tak seberapa. Bahkan, terkadang jika uang operasional sekolah minus, saya tak mendapat honor. Pesantren yang saya tempati pun jauh dari hiruk pikuk kota. Sepi dan sunyi. Sekitarnya hanya hutan karet. Meski demikian, saya merasakan telaga kebahagiaan yang selalu mengisi relunga kalbuku. 

Ketika melihat antusiasme mereka belajar dan mengaji al-Qur’an, serasa melihat padi yang sedang menguning di hamparan sawah yang luas. Indah memesona. Apalagi jika memimpin mereka bersujud di sepertiga malam yang senyap, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, lebih indah dari sekadar gemerlap malam yang indah oleh temaram bulan dan bintang. 

Meski lauk makan hanya tempe, tahu, kecambah, kangkung, daun singkong dan ikan asin, tapi karena makan bersama-sama jadi terasa nikmat. Lebih nikmat dari sekedar pizza, fried ckicken, ayam panggang dan makanan lezat lainnya, yang biasa menjadi makanan orang Jakarta dan orang kota. Bagiku, makan kangkung di tempat itu, tak ternilai, jika hanya dibandingkan dengan fried chicken atau pizza. 

Betul apa yang dikatakan pendiri Pesantren Gontor, Ponorogo Imam Zarkasyi: "Jadilah kalian orang besar, orang besar bukanlah orang yang memiliki pangkat yang tinggi, harta yang melimpah, atau ilmu yang luas dikenal orang di mana-mana, akan tetapi orang yang ikhlash mengajar ngaji walau di surau kecil di daerah terpencil." 

Saya tak menyesali keputusan ini. Saya rela dianggap bodoh oleh orang banyak. Saya hanya seorang guru kecil di pesantren kecil dan terpencil. Saya hanya berharap kemuliaan di hadapan Allah SWT. Ya, saya hanya berharap terpilih menjadi “orang besar” di mata Allah, ketimbang jadi orang besar di mata manusia. [end]


Kisah oleh "KATA-KATA HIKMAH" (https://www.facebook.com/kata2hikmah.new) pada 4 Juli 2012 pukul 10:06



Tukang Becak dan Bayi Perempuannya

Hati siapa yang tidak tersentuh melihat seorang pria menarik becak di siang hari yang panas sambil menggendong bayi? Hal ini benar-benar terjadi di India. Pria ini mengasuh bayinya karena sang istri meninggal setelah melahirkan dan tidak ada yang bersedia merawat sang bayi.

Nama pria ini adalah Bablu Jatav, 38 tahun. Dia dikaruniai seorang bayi perempuan yang diberi nama Damini setelah menikah selama 15 tahun dengan istrinya, Shanti. Pak Bablu mengatakan bahwa dia sangat senang diberkati seorang putri, tetapi dia menyimpan kesedihan mendalam karena sang istri meninggal sesaat setelah melahirkan.

“Shanti meninggal tidak lama setelah melahirkan di rumah sakit pada tanggal 20 September,” ujar pak Bablu. “Sejak saat itu, belum ada seorang pun yang mau merawat putri saya, sehingga saya yang merawatnya, bahkan pada saat saya menarik becak,” lanjutnya.

Pekerjaan pak Bablu sehari-hari adalah penarik becak di kota Bharatpur. Dia tidak memiliki saudara yang bisa merawat bayinya, sehingga jalan satu-satunya adalah merawat sang putri sambil bekerja. Pak Bablu menggendong bayinya dengan kain yang dililitkan di leher. Hal ini terpaksa dia lakukan, bahkan di tengah hari yang sangat panas.

Kondisi ini memang memprihatinkan, terutama bagi Damini yang masih sangat kecil. Panasnya matahari dan kondisi jalanan membuatnya harus dilarikan di rumah sakit Jaipur beberapa waktu yang lalu. Sang bayi mengalami septikemia, anemia dan dehidrasi akut. Untungnya, kondisi sang bayi membaik setelah dirawat.

Berita ini dengan cepat menyebar di India, sehingga banyak tawaran bantuan yang diterima oleh pak Bablu. Besar kemungkinan bahwa pemerintah India setempat sedang memproses cara untuk membantu merawat sang bayi. Semoga bantuan segera datang, sehingga bayi perempuan ini mendapat perawatan yang lebih baik.

Sahabat, jangan remehkan cinta seorang ayah. Sudahkah Anda berterima kasih pada beliau? 



Sumber: 

Nilai Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik. 

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.

Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.


Kasih Sayang Seorang Ibu

Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.


JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.




Kisah Hidup Bocah Polos Zhang Da

Zhang Da harus menanggung beban hidup yang berat ketika usianya masih sangat belia. Tahun 2001, ketika usianya menjelang 10 tahun, Zhang Da harus menerima kenyataan ibunya lari dari rumah. Sang ibu kabur karena tak tahan dengan kemiskinan yang mendera keluarganya. Yang lebih tragis, si ibu pergi karena merasa tak sanggup lagi mengurus suaminya yang lumpuh, tak berdaya, dan tanpa harta. Dan ia tak mau menafkahi keluarganya.

Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus mengurus ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya, memandikan sang ayah, mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.

Yang patut dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia pergi ke sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti jalan menuju tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan apa saja yang bisa mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput, dedaunan, dan jamur-jamur untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan makanannya, ia menyeleksinya berdasarkan pengalaman. Ketika satu tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya, ia tinggalkan dan beralih ke tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak memakan dedaunan atau jamur yang beracun.

Usai sekolah, agar dirinya bisa membeli makanan dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu. Ia membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk ayahnya, bahan makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia pejalari.

Zhang Da ternyata cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi diperlukan obat yang harus disuntikkan. Karena tak mampu membawa sang ayah ke dokter atau ke klinik terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara menyuntik. Ia beli bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli jarum suntik dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.

Kegiatan merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun. Rupanya kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China menyelenggarakan penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif nasional. Dari 10 nama pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang Da. Ternyata ia menjadi pemenang termuda.

Acara pengukuhan dilakukan melalui siaran langsung televisi secara nasional. Zhang Da si pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang pemandu acara menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya masih anak-anak. "Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab," katanya.

Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya applaus. Pembawa acara menanyainya lagi. "Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau, sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!" papar pembawa acara.

Zhang Da terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembawa acara harus mengingatkannya lagi. "Sebut saja!" katanya menegaskan.

Zhang Da yang saat itu sudah berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya dengan bergetar. Semua hadirin di ruangan itu, dan juga jutaan orang yang menyaksikannya langsung melalui televisi, terdiam menunggu apa keinginan Zhang Da. "Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah!" kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para penonton.

Zhang Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya berbakti kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai dengan kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak ternilai.

Pelajaran moral yang tampak sederhana, tetapi amat bermakna. 



Ketika Aku Tua

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur,
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu. 



Sepiring Nasi Cinta

Pada malam itu, Sue bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Sue segera pergi meninggalkan rumah tanpa membawa apa pun. 

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah Rumah Makan, dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan sepiring nasi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik Rumah Makan melihat Sue berdiri cukup lama di depan etalasenya, lalau bertanya, “Nona, apakah kau ingin sepiring nasi?” “Tetapi, aku tidak membawa uang,” jawab Sue dengan malu-malu.

“Tidak apa-apa, aku akan memberimu sepiring nasi,” jawab pemilik Rumah Makan. “Silahkan duduk, aku akan menghidangkannya untukmu.”

Tidak lama kemudian, pemilik Rumah Makan itu mengantarkan sepiring nasi dengan lauk pauknya. Sue segera makan dengan nikmatnya dan kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa Nona?” tanya pemilik Rumah Makan.

“Tidak apa-apa. Aku hanya terharu,” jawab Sue sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberiku sepiring nasi! Tapi,…. Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Bapak seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri,” katanya kepada si pemilik Rumah Makan.

Pemilik Rumah Makan itu setelah mendengar perkataan Sue, menarik napas panjang, dan berkata, “Nona, mengapa kau berpikir seperti itu?. Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu sepiring nasi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak makanan untukmu saat kau masih kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya.”

Sue terhenyak mendengar hal tersebut.

“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk sepiring nasi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang telah memasak makanan untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihakan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.”

Sue menghabiskan nasinya dengan cepat. Lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.

Sambil berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkannya kepada ibunya. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengatakan, “Ibu,maafkan aku, aku tahu bahwa aku bersalah.”

Begitu sampai di depan pintu, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas, karena telah mencarinya ke semua tempat. Ketika ibunya melihat Sue, kalimat pertama yang keluar dari mulut ibunya, “Sue, cepat masuk, ibu telah menyiapkan makan malam untukmu dan makanan itu akan menjadi dingin jika kau tidak segera mamakannya.”

Sue sangat terharu melihat kasih ibunya yang begitu besar kepadanya, ia tidak dapat menahan air matanya dan ia menangis di hadapan ibunya.

Sekali waktu, mungkin kita akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikannya kepada kita. Tetapi, kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, pernahkah kita berpikir untuk berterima kasih kepada mereka yang telah merawat, membesarkan, mendidik dan melimpahkan kasih sayangnya kepada kita???


oleh Kisah Inspiratif Motivasi Qu pada 4 April 2011 pukul 19:03 · 

Arti Sebuah Kesempurnaan

Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yg sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya. Karena itu ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia disebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani yg memiliki 3 anak perempuan dan semuanya sangat cantik. Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah satu anaknya tapi bingung; mana yang paling sempurna.

Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si Lelaki setuju. Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang,ia berkata kepada bapak Petani,”Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan.”

Hari berikutnya ia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata,”Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling.”

Akhirnya pergilah ia dengan anak yang ketiga. Begitu pulang ia dengan gembira mendatangi Petani dan berkata,”inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna.”

Lalu menikahlah si Lelaki dgn anak ketiga Petani tersebut. Sembilan bulan kemudian si Istri melahirkan. dengan penuh kebahagian, si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek. Ia menemui bapak Petani dan bertanya “Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak. Anak bapak cantik dan saya Tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu..?”"

Petani menjawab,” Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan . Waktu itu Ia sudah hamil duluan…..”

Kadangkala saat kita mencari kesempurnaan, yang kita dapat kemudian kekecewaan. Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, maka segala sesuatunya akan terasa istimewa.

5 Mar 2013

Seperti Cerita Inilah Tentang Diriku

Aku termasuk orang yang tidak terlalu pandai bercerita tentang bagaimana pribadiku sama orang lain. Kata orang, aku pendiam. Tidak  terlalu banyak bicara. Cerita di bawah ini setidaknya cukup untuk menggambarkan tentang bagaimana aku...

CINTA SEORANG LELAKI SEDERHANA
Oleh Daryani


Hampir pukul 08.00 pagi. Aku selesaikan tegukan terakhir teh panasku di kantor yang masih sepi. Kulihat kalender. Oh, rupanya tanggal 14 Februari. Hari Valentine ya. Kata orang, hari kasih sayang. Pikiranku merunut kejadian dari bangun tidur sampai akhirnya aku terduduk di kursi kantor pagi ini.


Pukul 05.00. Selesai shalat subuh, kujalankan aktivitas seperti biasa. Memasak bubur untuk si kecil, lalu membuat sayur dan menggoreng lauk untukku, anak sulungku, juga si mbak. Rutinitas yang adakalanya menjemukan, dan kadang saat hari libur aku ingin sejenak melupakan aktivitas ini. Tapi ini masih hari Selasa. Selesai masak, kusiapkan bekalku ke kantor, beberapa botol penampung asi, lalu kumasukkan ke dalam tas. Segera kusiapkan air hangat untuk mandi si kecil yang saat ini sedang dalam gendongan Mas Didi, suamiku. Faris langsung menyambutku dengan celotehnya yang lucu. Begitu air hangat menyentuh badannya, celotehannya makin keras. Tertawa-tawa dan kadang menepuk nepuk wajah, juga bahuku.

“Ayo, sayang, udahan ya mandinya” kuhamparkan handuk didepan badanku. Faris menggeleng-geleng dan asyik memukul-mukul air. Kutunggu beberapa saat, takut anakku terampas keceriaannya.

“Ayo, nak. Sudah ya mainnya, ntar Bunda kesiangan” Faris menurut. Kucium pipinya yang sudah wangi.

Kubaringkan tubuh kecilnya diatas kasur. Dengan cepat kupakaikan kaos dalam, pampers, celana, terakhir bajunya. Kusisir rambutnya yang jarang dan berwarna kemerahan. Faris merangkak cepat dan segera berdiri di depan teralis jendela. Tempat itu adalah favoritnya. Kupanggil suamiku untuk menjaganya sebentar. Sekarang saatnya aku membersihkan badan dan bersiap berangkat kerja.

Setelah berdandan rapi, segera aku duduk manis di belakang suamiku. Dengan kecepatan sedang, Supra X yang dikemudikan suami membawa kami membelah kemacetan pagi, mengantarkanku ke stasiun. Kurang lebih tujuh menit kemudian, sampailah aku distasiun langgananku. Kucium tangan suami dan segera berlari kecil ke ujung peron arah Jakarta, menunggu krl yang hampir tiba.

Tiga puluh menit kemudian, aku sudah bisa duduk manis di kursi kantor. Kutatap kembali, kalender di mejaku. Tanggal 14. Ah,….jangankan hari valentine, hari ulang tahunku saja, suamiku seringnya lupa. Kalau saja aku tak memberitahunya, dan minta dia mengucapkan selamat ulang tahun padaku, dia gak ingat hari ulang tahunku. Ulang tahun pernikahan pun, dia sering lupa. Kalau saja, dia tak melihatku berpakaian rapi dan wangi, mengajaknya makan malam berdua aja di warung kaki lima langganan kami, dia tak ingat kalau saat itu kami sedang merayakan hari jadi pernikahan kami.

“Bun, kalau ayah tak ingat, bukan berarti ayah tak sayang sama bunda dan anak-anak” katanya waktu itu.

“Ya, tapi kan kalau pas hari spesial, penginnya dikasih perhatian lebih” jelasku sambil menyeruput jeruk hangat.

“Ayah ‘kan, orangnya tidak romantis. Tidak bisa berkata-kata puitis. Rasanya aneh dan lucu aja, kalau ayah melakukannya, seakan-akan itu bukan diri ayah”

“Ayah, bunda ‘kan gak cukup hanya dikasih duit saja, bunda mau ditanya apa kabarnya, gimana kerja hari ini, ada cerita apa, trus sekali-kali deh, bunda pengin ayah belikan baju, khusus yang ayah pilih sendiri buat bunda. Pengin diperhatikan gitu” aku masih merajuk dan membujuk

“Aduh, kalau beli baju, ayah tak bisa, takut enggak suka dan gak sesuai ukurannya. Ntar udah mahal-mahal malah enggak dipakai”

Itu hanya beberapa penggalan percakapan antara aku dan suamiku. Suamiku memang unik, dan aku tahu sedari dulu. Jangan dibayangkan, saat pacaran dulu dia memberiku bunga atau coklat. Oh, tidak. Tapi, dia selalu membawakan buah-buahan yang aku suka. Tak pernah dia SMS merayu, puitis, bernada manis. SMS ku yang panjang dan lebar kali tinggi, seringnya hanya dibales “Oke”. “Iya”. Paling panjang dibales, “Oke bunda, terima kasih ya”. Sering sebal memang dengan kebiasaannya ini. Toh, meskipun aku ingin dia sedikit saja bersikap romantis tetap saja tak bisa. Ingin rasanya kutulis puisi yang kutujukan untuk diriku, lalu aku kasih notes padanya, untuk membelikanku coklat, lalu coklat dan puisi itu dibungkusnya pake kertas kado, lalu berikan padaku ketika aku pulang kerja. Tapi sepertinya usahaku takkan berhasil, lalu kuurungkan ide konyol itu.

Orang bilang, cinta itu harus diungkapkan dengan kata-kata. Akan tetapi, suamiku lebih mengekspresikannya dalam bentuk nyata. Meksipun jarang mengucapkan cinta, tetapi dia selalu mengantarku setiap pagi, ke stasiun kereta. Ketika sore aku turun kereta, tak jarang dia sudah menungguku lama, tanpa mengeluh, mengomel ataupun menampakkan wajah lusuh. Padahal, jika aku janjian dengannya, dan dia datangnya telat sepuluh menit saja, wajahku sudah manyun dan masam tak karuan. Suamiku juga selalu membantuku mengurus kedua anak kami. Terbiasa menggendong, mengganti celananya yang basah kena ompol, membersihkan pup, juga terbiasa memandikan anak, terutama si sulung yang selalu minta dimandikan ayahnya. Meskipun sudah rapi pakai baju kerja, jika si sulung tak mau dimandikan si mbak, maka suamiku dengan rela memandikannya.

Tak jarang, kita menginginkan pasangan menjadi seperti yang kita inginkan. Melakukan kebiasaan-kebiasaan seperti yang kita lakukan atau orang lain lakukan. Akan tetapi, pada dasarnya, setiap orang adalah pribadi yang unik, yang sudah punya kebiasaan masing-masing. Menerima perbedaan itu lebih baik, daripada memaksakan kehendak. Seiring bertambahnya usia dan kedewasaan, semakin aku sadari bahwa Mas Didi adalah lelaki terbaik yang dikirimkan Allah untukku. Lelaki sederhana yang tak bisa mengucapkan cinta dengan kata-kata, tetapi tindakannya yang nyatalah yang makin menguatkanku bahwa dia adalah lelaki yang terbaik dan penuh cinta. Tak cuma hari valentine saja, tetapi disetiap harinya, mas Didi selalu menumbuhkan cinta padaku, juga pada buah hati kami. [end]

1 Mar 2013

Sederhana Itu Indah


Tak selamanya yang baru itu baik, apalagi hanya sekedar memandang sebuah tampilan fisik. Mencari sesuatu yang tak ketinggalan zaman dan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional maka carilah yang sederhana.

Sering kali yang sederhana itu terlihat lebih cantik, menarik, unik, klasik dan menuai banyak simpatik. Mencari yang berlebih itu malah membebankan dan meremehkannya adalah wujud keputusasaan. Yang terlalu itu selalu merepotkan, lebih baik sederhana, karena keindahan itu sering kali hadir dalam kesederhanaan.

Sederhana itu indah, tak payah, tak susah, sambil celengak celenguk kiri kanan, atas bawah tapi ada ditengah-tengah. Yang sederhana itu tak membuat yang berkekurangan menjadi iri dan yang berkelebihan menjadi tersaingi. Yang sederhana itu tak rendah dihadapan yang tinggi dan tak tinggi dihadapan yang rendah.

“…dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu’ara: 215)

-- Muhammad Faisal Al-Mandawiy --

Indahnya Sholat

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 
(Q.S. At-Taubah : 71)



















Sumber:
http://www.kisahinspirasi.com/2012/09/foto-foto-inspirasi-indahnya-sholat.html