16 May 2013

Banyak Orang Menderita Karena Sulit Tertawa

Di dunia ini tak sedikit orang yang salah menginterpretasi tentang kenyataan hidup. Hal tersebut membuat orang yang dilalui dinikmati sebagai kesengsaraan. Misalnya seorang perempuan tidak mampu menemukan sesuatu pun di rumahnya kecuali hanya kesalahan. Hari-harinya selalu terasa suram. Disana-sini terdapat piring kotor, bahkan pecah berantakan. Masakan yang hambar, atau terlalu asin, ruangan tampak kotor. Kertas-kertas beserakan, pakaian kotor ada dimana-mana. Perempuan ini menjadi marah-marah kepada anak-anak dan kepada dirinya sendiri. Apalagi kipas angin dan televisi nyala terus-menerus. Kran di kamar mandi selalu terbuka sehingga air jadi terbuang percuma. Jika ia memiliki pembantu, pasti kemarahan dan kesalahan dibebankan kepada pembantunya.

Orang semacam ini hatinya sangat menderita. Ia sulit untuk bisa tertawa karena memandang  apa yang ada di depannya bagaikan baru saja terjadi peristiwa gempa bumi. Padahal jika ia mau mengendalikan emosinya dan mampu mengelola acara hidupnya, tentu tidak akan menderita. 

Sebagian orang membuat dirinya susah, dan bahkan menyusahkan orang lain yang ada di sekelilingnya. Misalnya hanya karena ia mendengar kabar yang salah menafsirkannya, atau karena perbuatan sepele yang menimpanya, atau karena ia merugi. Mungkin pula karena ia menunggu keuntungan yang tidak pernah didapatkannya.

Orang-orang seperti ini memandang dunia begitu gelap gulita. Ada kecenderungan untuk berbuat jahat dan membuat orang lain kecewa. Biasanya, ia suka sekali membesar-besarkan masalah kecil. Karenanya ia tidak pernah merasa bahagia terhadap apa yang telah didapat, meskipun pendapatannya itu banyak dan besar. Mereka inilah orang yang sulit untuk bisa menikmati apa yang diperolehnya. Hatinya selalu rakus dan tak pernah merasa cukup.

Sebenarnya dunia ini bagaikan seni yang bisa dan mesti dipelajari. Jika sekiranya kita mau berpikir dengan jernih dan mengelola emosi dengan baik, tentu dapat menikmati hidup dengan nyaman, jiwa cemerang dan penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Mengapa hidup hanya menyibukkan diri dengan mengumpulkan harta dan memandang orang lain sebagai obyek untuk diperas (dimanfaatkan) demi keuntungan pribadinya. Apalah arti hidup bertumpuh pada materi tetapi sama sekali tidak berbuat baik dan bermanfaat kepada orang lain.

Banyak di antara kita yang enggan untuk mengetahui betapa hidup ini sungguh menyenangkan. Sebaliknya mereka justru membuka mata hingga terbelalak untuk memperhatikan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan.

Mereka ibarat orang yang berjalan-jalan di taman bunga nan indah, burung-burung berkicau merdu, dan air di sungai mengalir jernih. Tetapi mereka tidak dapat menikmati keindahan yang ada di sekelilingnya. Pikirannya menerawang keluar dari taman tersebut.. [end]

Disadur sepenuhnya dari buku 
"32 Sebab Hidup Berkah dan Selalu Bahagia"
karya Abu Fajar al-Qalami.

Share: