24 Oct 2013

3 Aliran Hidup



Ada beberapa aliran mengenai hidup. Ada orang yang memikirkan hidup itu masa lalu, membanggakan kejayaan masa lalu, kejayaan naneknya, kakeknya, orang tuanya, kemudian prestasinya di masa lalu.

Ada orang yang kebalikannya itu, hidup mereka lebih berarti kalau yang dipikirkan masa depan. Mereka punya prinsip lupakan masa lalu. Yang ada adalah masa depan. Barang siapa yang memikirkan masa depan, maka dia akan memperoleh kejayaan di masa yang akan datang. Orang seperti ini biasanya tidak mau mikir masa lalu, tidak mau menceritakan kebanggaan masa lalu, dan selalu berorientasi masa depan.

Tapi ada lagi aliran yang ketiga yang disebut power of now, kekuatan sekarang ini. Jadi banyak orang yang memikirkan hidup itu yang penting saat ini. Jadi jangan membanggakan masa lalu, jangan juga terlalu memikirkan masa depan, karena kalau terlalu memikirkan masa depan, maka hidupnya tidak bahagia. Bahkan Hidupnya seperti dipacu terus untuk mengejar masa depan. Padahal belum tentu masa depan itu realistis buat dirinya. Maka orang seperti ini memikirkan yang penting sekarang ini apa yang diperbuat, dengan kondisi yang ada, dengan keadaan yang ada.

Ada orang yang berpendapat, yang penting pokoknya saya berbuat sebaik-baiknya saat ini. Soal hasilnya seperti apa, soal apakah yang akan datang itu sukses, tidak terlalu peduli.

Tiga pilihan ini saya tidak ingin menyebutkan mana yang terbaik, tapi yang jelas bahwa terlalu membanggakan masa lalu sudah pasti itu membuang-buang waktu. Terlalu memikirkan masa depan juga bisa jadi tidak bahagia, dan berbuat yang terbaik saat ini menurut pendapat saya itulah yang paling realistis.

Oleh:
Dahlan Iskan
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk Titik Nol Suara Surabaya

Sumber: https://soundcloud.com/relawan-di/dahlan-iskan-ada-3-aliran

10 Oct 2013

Hidoep di Tengah Boekoe

Ada garis merah membentang dari masa kecil hingga masa tuaku, buku. Rumahku yang setiap hari mendapat kiriman majalah, suratkabar karena ayahku seorang agen koran menjadikan diriku seorang kutu buku. Bahkan perpustakaan umum di kecamatan suatu ketika menyesal ketika semua buku koleksinya habis kubaca, ya maklum jumlahnya terbatas.

Satu hal yang sangat membekas dalam diriku adalah kebiasaan ayahku yang satu ini. Setiap tanggal 20 beliau selalu menghadiri rapat koperasi, dan pulangnya larut malam. Ketika kami sudah terlelap tidur ayah datang, aku dibangunkan. Sebungkus kue hidangan rapat dan beberapa buku serta majalah bekas disodorkannya padaku. Buku dan majalah itu adalah hasil penukaran dengan koran bekas juga, koperasi biasa membeli buku dan majalah bekas untuk bungkus, dan ayahku menukarnya dengan koran bekas untuk bacaan. Majalah Uni Soviet (Rusia sekarang) , Cina, Amerika, dan berbagai macam lainnya.

Begitulah hidup berjalan, dan benang merah itu berlanjut karena begitu bersekolah di SMA aku ditugasi mengelola perpustakaan sekolah, saat kuliah mengelola perpustakaan akademi. Dan, begitu diangkat menjadi guru langsung disodori menjadi pengelola perpustakaan.

Mengerjakan sesuatu yang memang disenangi tak pernah membosankan, begitulah yang terjadi dengan penjual bunga dan tanaman hias. Ketika harus merumuskan kegiatan apa disaat pensiun, maka pilihanku pun jatuh pada membuat Taman Bacaan dan tentu tanpa meninggalkan kegiatan lain yang memang sudah menjadi tanggung jawabku.

Alhamdulillah melalui google kutemukan quotation ini :
If you have a garden and a library, you have everything you need (Cicero). 
Dan serta merta aku ingin menyulap kebunku menjadi perpustakaan kebun, dan menyempurnakan kutipan itu dengan versiku :
If you put your library in the garden, you create a paradise...
Moga-moga tean-temanku yang menghadapi masa pensiunnya terinspirasi.

oleh
IMAN SULIGI 

http://www.kompasiana.com/kedasih
https://www.facebook.com/suligi

















8 Oct 2013

Jika Esok Tak Pernah Datang


Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur, Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.

Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya,  Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.

Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.

Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?

Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.
Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.

Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kau sangat mencintai mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.

Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”
Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.

[Norma Cornett Marek ~ 1989]