29 Mar 2014

Membelah Bukit Selama 20 Tahun Demi Cinta

Demi Cinta, Pria Ini membelah Bukit Selama 20 Tahun - Sebuah kisah kepahlawanan sejati diperlihatkan seorang lelaki India. Pasalnya ia bekerja tanpa pamrih, bukan demi julukan 'pahlawan', tak mengeluh sedikit pun ketika tak ada orang yang membantu. Yang penting, orang banyak bisa mengambil manfaat dari hasil kerjanya. Beginilah kisahnya.

Dashrath Manjhi, tinggal di sebuah desa terpencil dan terisolasi dari daerah lainnya. Ini dikarenakan letak desanya yang dikelilingi oleh bukit-bukit berbatu terjal. Tidak ada sekolah, pasar, rumah sakit, dan tempat-tempat fasilitas umum lainnya di desa ini. Sehingga untuk ke berbagai tempat, para penduduk harus mendaki dan menuruni bukit begitu jauh.

Sudah sering para penduduk setempat menyampaikan keprihatinan mereka kepada pihak pemerintah, para warga minta agar di desa mereka dibangun jalan. Namun permintaan itu sia-sia belaka, pemerintah tak pernah mengabulkannya. mungkin karena sulitnya struktur geografis di desa itu.

Berbagai usaha mandiri coba dilakukan warga desa untuk membuka jalan baru, namun semuanya gagal. Sampai pada akhirnya seorang Dashrath Manjhi mengambil inisiatif sendiri dan mulai melakukan pekerjaan selevel "Hercules".

Dashrath manjhi menghabiskan waktu selama 20 tahun untuk membuat jalan yang selama ini dia dan seluruh warga desa minta kepada pemerintah.

Bermodalkan alat seadanya seperti pahat, Dashrath Manjhi berhasil membelah bukit batu menjadi dua bagian.

Jalan yang terbentuk dari terbelahnya bukit ini cukup lebar untuk bisa dilalui sepeda motor dan gerobak pengangkut barang.

Apa yang membuat Dashrath Manjhi mampu melakukan pekerjaan yang sangat berat ini selama 20 tahun?

Menurut penuturannya, rasa cinta kepada istrinyalah yang telah memberinya kekuatan untuk memulai pekerjaan berat ini, meskipun dia tidak lagi hidup untuk menyaksikan hasil dari jerih payahnya.


"Istriku, Faguni Devi, terjatuh dan terluka parah saat melintasi bukit ini. Pada waktu itu dia bermaksud membawakan air minum untukku. Saya bekerja di sebuah peternakan yang terletak di balik bukit ini. Itulah hari dimana saya memutuskan untuk memahat bukit ini dan menjadikanya sebuah jalan." Kata Dashrath Manjhi.

Istri Dashrath manjhi meninggal karena jatuh sakit dan tidak sempat di bawa ke rumah sakit mengingat sulitnya perjalanan yang harus di tempuh antara desa mereka dengan Rumah Sakit.

"Cinta saya kepada istri saya adalah percikan awal yang telah menyalakan api keinginan saya untuk memahat jalan ini. Tetapi keinginan melihat ribuan penduduk desa melintasi bukit kapan pun mereka ingin, membuat saya sanggup bekerja selama bertahun-tahun tanpa ada rasa takut dan khawatir."

Dia juga mengatakan bahwa waktu pertama kali memulai pekerjaan ini, ia hanya sendirian. "Pada awalnya kebanyakan penduduk desa mengejek apa yang saya lakukan, tapi lama-kelamaan mereka mulai mendukung saya. Ada yang memberi makanan, ada juga yang membelikan peralatan untuk saya bekerja."

"Apa yang saya lakukan adalah untuk semua orang. Ketika Tuhan bersamamu, tidak ada yang bisa menghentikanmu. Aku tidak takut akan dijatuhkan hukuman oleh pemerintah atas pekerjaanku ini, sama seperti aku juga tidak mengharapkan imbalan apa-apa dari Pemerintah, tutur Dashrath Manjhi.

Ironisnya, Dashrath manjhi tidak menerima pengakuan apa-apa dari pihak Pemerintah, bahkan ketika ia meninggal dunia di tahun 2007, ia hanya menerima pengurusan pemakamannya oleh negara, tidak lebih.

Cinta memang bisa membelah gunung. Cinta pula yang bisa menjadikan bumi tempat tinggal yang lebih baik bagi semua insan.

Sumber: 
http://leafdoom.blogspot.com/2013/04/pria-ini-membelah-bukit-selama-20-tahun.html

27 Mar 2014

Beginilah Caraku Mencintaimu Karena-Nya



Saudariku,
Mungkin kamu pernah mendapati aku dalam keadaan dingin dan membisu.
Padahal bisa saja, aku membuka pembicaraan dan memecahkan suasana bersamamu.
Namun aku sadar, bahwa tak layak bagiku bermudah-mudah dikarena khawatir hal itu akan mengikis kadar rasa maluku kepadamu.
Mungkin kamu pernah merasa risih ketika aku tidak memperhatikan wajah ketika berbicara denganmu?
Padahal memandangmu ketika berbicara adalah mudah bagiku.
Namun dengan memalingkan wajah, aku berharap agar kita akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjadikan keadaan itu lebih suci bagi hati masing-masing.

***

Saudariku,
Mungkin kamu akan mengatakan aku aneh ketika aku melarangmu menelefonku.
Padahal, bisa saja aku menganggkatnya setiap saat engkau menelefonku.
Namun aku belajar untuk menghargai seseorang yang berhak akan mendampingimu kelak, dengan cara tidak berduaan denganmu dalam keadaan tidak ada yang menemani.
Mungkin kamu akan kesal apabila aku tak memberikan pesan penyemangat ketika engkau melaporkan kepadaku tentang kegiatanmu hari ini.
Padahal mudah saja jika aku harus mengirimkan sebuah pesan tersebut agar membuat jiwamu menjadi lebih bersemangat mengerjakannya.
Namun, keberadaanku di sekitarmu ku harap tidak menggoyahkan kesucian hatimu dengan mengirimkan kepadamu pesan-pesan yang seharusnya tidak pernah kamu terima dariku jika itu justru akan membuatmu berangan-angan.

***

Saudariku,
Bisa jadi sebuah harapan pernah terbesit dihatimu sehingga mungkin engkau akan merasa gundah ketika aku tidak pernah meminta meminangmu.
Padahal, bisa saja aku lakukan itu agar hatimu senang.
Namun aku sadar bahwa aku belum siap, maka aku redamkan lidah ini untuk menyatakannya di dalam diam.
Mungkin kamu akan datang memintaku agar kamu menantiku.
Padahal aku mampu mengizinkan permintaanmu itu.
Namun, apakah kamu tidak merasa sakit ketika suatu saat jodohku adalah bukan dirimu? Bukankah usahamu untuk bersamaku dengan cara menantikanku adalah sia-sia?
Atau mungkin saja kamu akan merasa gelisah ketika aku tidak pernah memintamu menungguku.
Padahal bisa saja permintaan itu akan engkau indahkan ketika aku memintanya kepadamu.
Namun aku mencintaimu atas dasar kesucian, maka aku tidak akan memintamu untuk itu hanya karena ingin mempersilahkan laki-laki shaleh lain untuk meminangmu.
Bukankah kesucian yang aku inginkan untuk menikahimu? Jika demikian, maka lebih baik engkau menikah kepada laki-laki yang telah siap meminangmu tanpa harus membuatmu menunggunya.
Atau bisa jadi, kamu bosan karena terlalu lama menungguku untuk menyatakan sebuah ungkapan-ungkapan indah kepadamu.
Padahal, bisa saja aku menyatakan itu untuk menyenangkan hatimu.
Namun, Diam adalah caraku mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hatiku dan hatimu setelahnya...

Sumber:
https://www.facebook.com/note.php?note_id=206451532699985

7 Mar 2014

Suamiku Telah Tiada dan Penyesalanku Terus Ada

Cerita yang aku posting kali ini adalah sebuah kisah nyata. Ku temukan di catatan facebook seseorang, Rina Amalina. Kisah yang menurutku sangat menginspirasi, teruntuk sobat yang saat ini sudah berdua, yang telah membina keluarga. Semoga dapat mengambil hikmah dan menjadi pelajaran bagi kita semua...

***



Ini adalah kisah nyata di kehidupanku. Seorang suami yg kucintai yang kini telah tiada. Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku. Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku. Suamiku adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah lebih dari cukup.

Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku pulang bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah,tak kuberikan secangkir teh hangat melainkan kuberikan segenggam luapan amarah.
Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku,tak mengerti aku,dan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

Tapi kini aku tahu.
Semua ucapanku selama ini salah.dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada.
Temannya mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya.
Bahwa dia selalu membanggakan aku dan anakku di depan rekan kerjanya.
Dia berkata, “ setiap kali kami ajak dia makan siang,mas anwar jarang sekali ikut kalau tidak penting sekali,alasannya slalu tak jelas. Dan lain waktu aku sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan siang, dia menjawab, “ aku belum melihat istriku makan siang dan aku belum melihat anakku minum susu dengan riang.lalu bagaimana aku bisa makan siang.” Saat itu tertegun,aku salut pada suamimu. Dia sosok yang sangat sayang pada keluarganya. Suamimu bukan saja orang yang sangat sayang pada keluarga,tapi suamimu adalah sosok pemimpin yang hebat. Selalu mampu memberikan solusi-solusi jitu pada perusahaan.”
Aku menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan kerja suamiku. Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan sosok yang hebat.

Teringat akan amarahku pada suamiku,aku selalu mengatakan dia slalu menyibukkan diri pada pekerjaan,dia tak pernah peduli pada anak kita. Namun itu semua salah. Sepeninggal suamiku. Aku menemukan dokumen2 pekerjaannya. Dan aku tak kuasa menahan tangis membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan dokumen itu, yang salah satunya berbunyi, “ perusahaan kecil CV. Anwar Sejahtera di bangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti bukan lagi CV. Anwar Sejahtera, melainkan akan di teruskan oleh putra kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian. Tapi cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung. Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu harus kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa,kasih sayang yang lebih tepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki. Sosok yang akan menjadi pemimpin,sosok yang harus kuat menahan terpaan angin dari manapun. Dan ayah yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”
Membaca itu,benar2 baru kusadari.betapa suamiku menyayangi putraku.betapa dia mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia memikirkan jalan untuk kebaikan anak kita.

Setiap suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “ ibu capai?istirahat dulu saja”
Dengan kasar kukatakan, “ ya jelas aku capai,semua pekerjaan rumah aku kerjakan. Urus anak,urus cucian,masak,ayah tahunya ya pulang datang bersih.titik.”
Sungguh,bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja. Sembari tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh atau kopi hangat sendiri. Padahal kusadari. Beban dia sebagai kepala rumah tangga jauh lebih berat di banding aku. Pekerjaannya jika salah pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal panas ataupun hujan dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.

Suamiku meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya.tepat setelah aku menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya setelah sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering mengantarnya ke klinik spesialis jantung yang murah di kota kami. Pegawai tersebut bercerita kepadaku bahwa sempat dia menanyakan pada suamiku.
“pak kenapa cari klinik yang termurah?saya rasa bapak bisa berobat di tempat yg lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang baik dan standar pengobatan yang lebih baik pula”
Dan suamiku menjawab, “ tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja aku ingin tahu seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong tabungan untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin gara-gara jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan sampai istriku tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku menyayangiku karena iba. Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”
Tuhan..Maafkan hamba Tuhan,hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang kini ada.

Saya menulis ini sebagai renungan kita bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan tidak di lakukan oleh wanita-wanita yang lain. Karena penyesalan yang datang di akhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.
Banggalah pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari.
Banggalah pada suamimu,karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamimu mendengarnya.
Sambut kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.
Sambutlah dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu.
Selagi dia kembali dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar.
Dan bukan kembali sembari memejamkan mata tuk selamanya.

Teruntuk suamiku.
Maafkan aku sayang.
Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.
Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu.
Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.
Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu.
Aku bangga padamu,aku sayang padamu.

Istrimu
Rina

Sumber: Catatan Facebook Rina Amalina