26 Sept 2014

Buah Kesabaran Tukang Sol Sepatu

Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah Sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. 

Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, Mbah Sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.

Ketika mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“Maaf mas, saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”

Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi mbah sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas. Insya allah akan dapat gantinya.”

Ketika waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“Ya allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakmu.”

Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu disini, pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya allah minggu depan saya berangkat ke prancis pak. Saya mohon doanya pak”

“Tapi ini terlalu banyak mas”

“Saya bayar sol sepatu cuma rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

Sumber: 
http://rizkimegasaputra.blogspot.com/2013/05/repost-maaf-mas-saya-nggak-punya-uang.html

10 Sept 2014

Bayi Ajaib Itu Telah Dewasa; Kisah Tentang Syaikh Syarifuddin Khalifah, Bocah Yang Mengislamkan Ribuan Orang

Kembali mengingat peristiwa tahun 90-an, dunia saat itu gempar dengan berita besar seorang bayi berumur 2 bulan dari keluarga Katholik di Afrika yang menolak dibaptis. “Mama, unisibi baptize naamini kwa Allah, na jumbe wake Muhammad” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad).

Ayah dan ibunya, Domisia-Francis, pun bingung. Kemudian didatangkan seorang pendeta untuk berbicara kepada bayinya itu: “Are You Yesus?” (Apakah kamu Yesus?).

Kemudian dengan tenang sang bayi Syarifuddin menjawab: “No, I’m not Yesus. I’m created by God. God, The same God who created Jesus” (Tidak, aku bukan Yesus. Aku diciptakan oleh Tuhan, Tuhan yang sama dengan yang menciptakan Yesus). Saat itu ribuan umat Kristen di Tanzania dan sekitarnya dipimpin bocah ajaib itu mengucapkan dua kalimat syahadat.

Bocah Afrika kelahiran 1993 itu lahir di Tanzania Afrika, anak keturunan non Muslim. Sekarang bayi itu sudah remaja, setelah ribuan orang di Tanzania-Kenya memeluk agama Islam berkat dakhwahnya semenjak kecil. Syarifuddin Khalifah namanya, bayi ajaib yang mampu berbicara berbagai bahasa seperti Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Ia pun pandai berceramah dan menterjemahan al-Quran ke berbagai bahasa tersebut. Hal pertama yang sering ia ucapkan adalah: “Anda bertaubat, dan anda akan diterima oleh Allah Swt.”

Syarifuddin Khalifah hafal al-Quran 30 juz di usia 1,5 tahun dan sudah menunaikan shalat 5 waktu. Di usia 5 tahun ia mahir berbahasa Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Satu bukti kuasa Allah untuk menjadikan manusia bisa bicara dengan berbagai bahasa tanpa harus diajarkan.

a. Latar Belakang Syarifuddin Khalifah

Mungkin Anda terheran-heran bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di zaman modern ini ada seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal al-Quran dan bisa shalat pada umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun, dan telah mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi begitulah kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah tanda kebesaran Allah Swt.

Syarifuddin Khalifah, nama bocah itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya beragam kepercayaan terutama animisme. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristen Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu.

Seperti kebanyakan penduduk Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi.

Sebagaimana pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke gereja untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad).

Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi membaptisnya.

Awal Maret 1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika tidak mau minum ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran Domisia tidak terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apapun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau minum ASI dari ibunya setelah dua bulan.

Di tengah kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan lafal-lafal aneh. Beberapa tetangga serta keluarga Domisia dan Francis terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan berbunyi: “Fatuubuu ilaa baari-ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum ‘inda baari-ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwattawwaburrahiim.”

Orang-orang yang takjub menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca Syarifuddin Khalifah adalah QS. al-Baqarah ayat 54.

Domisia khawatir anaknya kerasukan setan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi kerasukan setan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal di daerah itu. Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat bayi itu.

“Francis dan Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan setan. Apa yang dibacanya adalah ayat-ayat al-Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah,” kata Abu Ayub.

Beberapa waktu setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua butuh waktu dalam pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”.

Keajaiban berikutnya muncul pada usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan shalat serta menghafal al-Quran dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan safari dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu orang masuk Islam.

b. Kisah Nyata Syarifuddin Mengislamkan Ribuan Orang

Kisah nyata ini terjadi di Distrik Pumwani, Kenya, tahun 1998. Ribuan orang telah berkumpul di lapangan untuk melihat bocah ajaib, Syarifuddin Khalifah. Usianya baru 5 tahun, tetapi namanya telah menjadi buah bibir karena pada usia itu ia telah menguasai lima bahasa. Oleh umat Islam Afrika, Syarifuddin dijuluki Miracle Kid of East Africa.

Perjalanannya ke Kenya saat itu merupakan bagian dari rangkaian safari dakwah ke luar negeri. Sebelum itu, ia telah berdakwah ke hampir seluruh kota di negaranya, Tanzania. Masyarakat Kenya mengetahui keajaiban Syarifuddin dari mulut ke mulut. Tetapi tidak sedikit juga yang telah menyaksikan bocah ajaib itu lewat Youtube.

Orang-orang agaknya tak sabar menanti. Mereka melihat-lihat dan menyelidik apakah mobil yang datang membawa Syarifuddin Khalifah. Beberapa waktu kemudian, Syaikh kecil yang mereka nantikan akhirnya tiba. Ia datang dengan pengawalan ketat layaknya seorang presiden.

Ribuan orang yang menanti Syarifuddin Khalifah rupanya bukan hanya orang Muslim. Tak sedikit orang-orang Kristen yang ikut hadir karena rasa penasaran mereka. Mungkin juga karena mereka mendengar bahwa bocah ajaib itu dilahirkan dari kelarga Katolik, tetapi hafal al-Quran pada usia 1,5 tahun. Mereka ingin melihat Syarifuddin Khalifah secara langsung.

Ditemani Haji Maroulin, Syarifuddin menuju tenda yang sudah disiapkan. Luapan kegembiraan masyarakat Kenya tampak jelas dari antusiasme mereka menyambut Syarifuddin. Wajar jika anak sekecil itu memiliki wajah yang manis. Tetapi bukan hanya manis. Ada kewibawaan dan ketenangan yang membuat orang-orang Kenya takjub dengannya. Mengalahkan kedewasaan orang dewasa.

Kinilah saatnya Syaikh cilik itu memberikan taushiyah. Tangannya yang dari tadi memainkan jari-jarinya, berhenti saat namanya disebut. Ia bangkit dari kursi menuju podium.

Setelah salam, ia memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi. Bahasa Arabnya sangat fasih, diakui oleh para ulama yang hadir pada kesempatan itu. Hadirin benar-benar takjub. Bukan hanya kagum dengan kemampuannya berceramah, tetapi juga isi ceramahnya membuka mata hati orang-orang Kristen yang hadir pada saat itu. Ada seberkas cahaya hidayah yang masuk dan menelusup ke jantung nurani mereka.

Selain pandai menggunakan ayat al-Quran, sesekali Syarifuddin juga mengutip kitab suci agama lain. Membuat pendengarnya terbawa untuk memeriksa kembali kebenaran teks ajaran dan keyakinannya selama ini.

Begitu ceramah usai, orang-orang Kristen mengajak dialog bocah ajaib itu. Syarifuddin melayani mereka dengan baik. Mereka bertanya tentang Islam, Kristen dan kitab-kitab terdahulu. Sang Syaikh kecil mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Dan itulah momen-momen hidayah. Ratusan pemeluk Kristiani yang telah berkumpul di sekitar Syarifuddin mengucapkan syahadat. Menyalami tangan salah seorang perwakilan mereka, Syarifuddin menuntun syahadat dan mereka menirukan: “Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.”

Syahadat agak terbata-bata. Tetapi hidayah telah membawa iman. Mata dan pipi pun menjadi saksi, air mata mulai berlinang oleh luapan kegembiraan. Menjalani hidup baru dalam Islam. Takbir dari ribuan kaum muslimin yang menyaksikan peristiwa itu terdengar membahana di bumi Kenya.

Bukan kali itu saja, orang-orang Kristen masuk Islam melalui perantaraan bocah ajaib Syarifuddin Khalifah. Di Tanzania, Libya dan negara lainnya kisah nyata itu juga terjadi. Jika dijumlah, melalui dakwah Syarifuddin Khalifah, ribuan orang telah masuk Islam. Ajaibnya, itu terjadi ketika usia Syaikh kecil itu masih lima tahun.

Para ulama dan habaib sangat mendukung dakwah Syaikh Syarifuddin Khalifah. Bahkan ulama besar seperti al-Habib ali al-Jufri pun rela meluangkan waktunya untuk bertemu anak ajaib yang kini remaja dan berjuang dalam Islam. (Dikutip dari buku Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin Khalifah).

Sumber: 
Catatan Facebook Bahar Nor

9 Sept 2014

`Kaji Nunut`, Kisah Legendaris Penyusup ke Tanah Suci

Mungkin Anda pernah mendengar kisah ini. Cerita Choiron Nasichin, yang menyusup ke pesawat haji untuk pergi ke Tanah Suci. Pria asal Jombang, Jawa Timur, itu tak punya uang untuk berhaji. Sehingga pada 1992, dia diam-diam nebeng pesawat rombongan haji yang berangkat dari Bandara Juanda.

Choiron memang sudah ngebet naik haji sejak awal 1990. Namun, dia tak punya uang untuk membayar ongkos haji yang kala itu berkisar Rp 6 juta. Segala upaya dia lakukan. Tak hanya diam berdoa saja, pria asal Kecamatan Sumobito itu bahkan rajin mengirim undian berhadiah dengan harapan bisa membayar ongkos naik haji. Bahkan dia mengaku pernah mengirim 900 kupon untuk sebuah undian.

Di kampungnya, Choiron memang sudah dipanggil haji oleh warga. Bukan karena sudah naik haji, gelar itu disematkan karena dia selalu memakai kopiah putih, yang diidentikkan dengan orang yang telah menunaikan rukun Islam ke lima itu. Sehingga itu pula yang membakar semangatnya.

Niatnya untuk naik haji semakin menggebu setelah mendapat hadiah lima gram emas dari undian yang diadakan produsen sampo. Tak berpikir panjang, dia langsung menguangkan emas itu. Uang Rp 70 ribu pun dia dapat. Dia sadar, uang itu masih jauh dari cukup untuk berhaji.

Namun dia tak pikir panjang. Uang itu sebagian langsung dia belanjakan untuk persiapan haji pada tahun 1992 itu. Sandal, pakaian ihram, dan alat lainnya. Uang undian itu tinggal Rp 49.950.Alhamdulillah... sang ibu memberinya tambahan bekal Rp 5 ribu saja.

Tetap saja, uang itu jauh dari cukup. Otak dia peras untuk menemukan cara bagaimana bisa sampai ke Tanah Suci dengan bekal Rp 54.950 itu. Sampailah dia pada pikiran untuk nunut alias nebeng. Seperti kebiasaannya waktu itu, yang selalu nebeng truk jika pergi ke mana-mana. Kala itu, dia siap dengan risiko diturunkan di tengah jalan jika diminta turun karena ketahuan.

Pamitlah dia kepada sang ibu, Siti Khoniah. Dia berpesan, apabila dalam dua hari tak balik ke rumah, berarti dirinya sudah sampai ke Tanah Suci untuk berhaji. Bismillah..... Choiron berangkat ke Surabaya dengan naik bus. Perjalanan dari terminal ke bandara ditempuh dengan bemo.

Pria yang kini usianya hampir setengah abad itu tiba di bandara siang hari. Namun, dia kecewa. Sebab waktu itu tak melihat tanda-tanda adanya rombongan haji yang akan berangkat. Sehingga, dia hanya termenung di lapangan udara yang terletak di wilayah Sidoarjo itu.

Beberapa saat kemudian, dia bisa merasa lega. Sebab, seseorang memberi tahu bahwa sekitar pukul 19.00 WIB akan ada rombongan haji yang terbang ke Arab Saudi. Matanya berbinar. Asa untuk naik haji kembali menyala.

Benar saja. Begitu matahari sudah tenggelam, rombongan haji Kloter IX terlihat riuh di pelataran bandara. Karena niat berhaji yang sudah sangat tebal, Choiton tak ragu bergabung dengan mereka. Bahkan dia mengaku sempat foto-foto bersama rombongan tamu Allah itu.

Lantas masuklah rombongan itu. Tapi Choiron tertinggal di luar. Karena memang tak punya dokumen apapun untuk pergi haji. Satu-satunya cara, masuk lewat pagar bandara. Dan pikiran tersebut benar-benar dia lakoni. Dia kemudian masuk ke pesawat yang terparkir. "Sambil wirid, saya jalan biasa saja. Tidak ada yang menegur sampai saya berada di atas pesawat," kata dia dalam sebuah wawancara.

Menyusuplah Choiron ke pesawat Garuda itu. Tak ada satu pun jamaah haji dan kru pesawat yang curiga. Karena sadar tengahnebeng, dia tak duduk di kursi penumpang. Dan memilih berdiam di atas kursi pramugari. Hingga seorang pramugasi menegurnya, mengapa duduk di kursi pramugasi.

"Saya jawab nggak apa-apa karena saya nunut," tutur dia. Pramugari itu hanya tersenyum karena mengira Choiron yang berkata jujur itu tengah bercanda. Choiron bahkan juga memperoleh makan dan minum seperti jamaah haji lainnya.

Tibalah saat itu. Seorang pramugari meminta dokumen perjalanan Choiron. Dan aksi 'penyusupan' itu akhirnya terbongkar. Seisi pesawat menjadi geger. Bagaimana bisa di pesawat ada penumpang gelap? Choiron dianggap sebagai orang gila.

"Waktu ketahuan jika saya tidak punya dokumen, ya saya bilagn terus terang, kalau saya ini memang nunut. Jadi ya ndak punya apa-apa. Jangankan dokumen yang tidak saya ketahui artinya. Uang saja sayanggak punya kok."

Beruntung, dalam pesawat itu ada orang yang mengenal Choiron. Mereka adalah Harto dan Yazid Abdullah yang memang satu desa dengan Choiron. Kedua orang inilah yang meyakinkan seisi pesawat, termasuk kru, bahwa Choiron bukanlah orang gila. Yazid membela Choiron dengan panjang lebar.

"Pak Yazid Abdullah itu guru madrasah saya. Beliau meyakinkan kalau saya bukan orang gila. Dia juga bilang, saya warga satu desa dengannya. Saya miskin, tapi berniat betul menjadi haji karena sudah lama dipanggil Pak Haji," ujar Choiron.

Karena penjelasan itu, Choiron malah mendapat simpati dari jamaah haji. Choiron bahkan diupayakan bisa mendapat paspor agar bisa naik haji dengan biaya ditanggung seluruh anggota Kloter IX itu. Namun sayang, upaya itu tidak berhasil dan Choiron harus pulang.

Di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Choiron sempat disembuyikan oleh pramugari di toilet pesawat agar tak diketahui pihak imigrasi Saudi. Pintu toilet dikunci dan diberi tulisan "rusak". Trik ini berhasil dan Choiron lolos dari razia.

Setelah itu, Choiron dipulangkan ke Tanah Air. Di sinilah pengalaman Choiron menjadi `raja` dimulai. Sebab, pesawat yang biasa mengangkut ratusan jamaah haji itu kini dia tumpangi sindirian. Film dan makanan, hemmm.... bisa dia nikmati sesukanya. Semua gratis!

"Jadi, meski saya ini di kampung miskin, tapi saya mampu carterpesawat khusus," ujar Choiron.

Ulah nebeng ini mendapat perhatian luas. Sejak itu dia dijuluki sebagai "kaji nunut" alias "haji nebeng". Lagi-lagi, julukan haji tersemat meski belum bisa menunaikan ibadah haji di Mekah.

Namun, sejak itu pula simpati berdatangan. Sejumlah pihak menawarinya untuk naik haji. Hingga akhirnya dia bisa benar-benar naik haji dengan bantuan Haji Tosim pada 1994.

Menariknya, Choiron kala itu tak sekedar berhaji. Dia bahkan sempat memasuki kawasan Istana Raja Fadh, yang merupakan kawasan tertutup bagi orang biasa. Dalam komplek istana itu pula ia sempat bertemu dengan rombongan pejabat dari Indonesia, termasuk menteri.

Choiron kembali naik haji pada 2005. Lagi-lagi gratis, karena dibiayai seorang pengusaha. Tapi, meski sudah dua kali menunaikan rukun Islam ke lima itu, Choiron tetap saja dijuluki "Kaji Nunut".

Sumber:
http://www.dream.co.id/your-story/kaji-nunut-kisah-legendaris-pergi-ke-tanah-suci-140905t.html

4 Sept 2014

Rahasia-Rahasia Terbaik


Akan saya tuliskan rahasia-rahasia terbaik yang pernah dinasehatkan orang tua, saya kompilasi dari banyak nasehat, ditulis ulang dgn gaya bahasa lebih simpel:

1. Rahasia kemampuan 'bicara efektif' adalah justeru 'mendengarkan'.

2. Rahasia belajar paling cepat adalah dengan melakukannya.

3. Rahasia bagaimana memahami dengan baik adalah memperhatikan.

4. Rahasia bagaimana melupakan sesuatu adalah justru dengan mengingatnya

5. Rahasia hidup sehat adalah banyak2 berpuasa, mengurangi makan; bukan sebaliknya banyak makan

6. Rahasia bagaimana mencari perhatian adalah justeru tidak tampil mencolok

7. Biarkan orang lain bicara, maka mereka akan membuka aib diri sendiri

8. Lakukan yang terbaik, maka hal-hal baik akan datang dengan sendirinya

9. Rahasia menjadi kaya bukan mencari harta sebanyak2nya, melainkan merasa cukup

10. Rahasia pembalasan terbaik atas orang yang jahat atau menjelek2kan kita adalah kita justeru terus berbuat baik dan dermawan padanya.

11. Terakhir, bagaimana mengundang jodoh terbaik dalam hidup kita? Sama sekali tidak dengan berdandan, tebar pesona, apalagi berpakaian menggoda. Justru dengan terus sibuk memperbaiki diri.

Demikian. Tapi ini rahasia, jadi nggak usah bilang siapa-siapa.

by Darwis Tere Liye 

Jalan Panjang Penjaja Cilok

Potret kemiskinan di Indonesia terlihat jelas dalam foto bocah lelaki yang tengah memikul beban berat dipundaknya, yang kini ramai disebarkan di media sosial. Samsul, demikian namanya, usianya baru 10 tahun dan duduk di kelas 4 SD, di Desa Bumijawa Kabupaten Tegal.
Sepulang sekolah, Samsul dan adiknya Zindan tidak pergi bermain, tapi mencari nafkah dengan berjualan bakso cilok. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1. Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya.
Setiap pulang dari sekolah Samsul dan Zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika Zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah.

Tak jarang, Samsul dan keluarga terpaksa makan cilok tengik bila tak ada lauk teman nasi. Berbagi tugas dengan adiknya menabuh bambu guna memberi tanda saat berjualan keliling. Harga cilok dagangannya hanya 500 rupiah. Keduanya harus piawai menjajakannya karena harus segera habis dalam sehari. Perjuangan Samsul tidak sampai disini, Ia harus menggendong gerobaknya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit di pundaknya. Kadang pembeli sering hutang kepada Samsul, tapi bocah kecil ini tidak berani untuk menagih hutang dari pembeli ciloknya. Samsul seringkali berjualan diluar desanya. Bumijawa memang desa yang curah hujannya tinggi, sering Samsul dan Zidan harus bersabar untuk mengejar jualan ciloknya hingga habis karena turun hujan.

Ayah Samsul nikah muda, Ia pekerja serabutan untuk mendapatkan sesuap nasi. Ibu Samsul kini menderita sakit yang membutuhkan biaya pengobatan. Modal yang Samsul dapat merupakan iba dari salah seorang kios penggiling daging walaupun hutang keluarga Samsul belum tertunaikan. Apa mau dikata, Samsul harus berjuang demi mendapatkan rezeki untuk membantu kedua orang tuanya. Samsul tak lepas dari cacian teman-teman sebayanya saat berjualan. Ia tidak peduli dengan itu semua. Masa kecil Samsul tidak sepenuhnya bias ia nikmati. Teman-teman sebayanya kadang ingin mengajak bermain saat pulang sekolah, namun Samsul keluar rumah dengan gerobak yang di gendongnya. Ibu Samsul sering merasa bersalah melihat anaknya berjualan keliling untuk membantu perekonomian keluarganya.

Jarak kelahiran anak-anaknya sangat dekat sehingga pengeluaran ekonomi sangat banyak. Terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Hingga kini Samsul masih punya tunggakan biaya pendidikan di sekolahnya. Jualan cilok tidak mampu menutupi segala pengeluaran keluarga. Dalam sehari Samsul berjualan cilok hanya mendapatkan uang kurang lebih 12.000 rupiah. Terkadang orang tua Samsul menyerah karena tidak sanggup membiayai sekolahnya. Samsul punya cita-cita bisa melanjutkan ke Pondok Pesantren. Namun, kedua orangtuanya tidak sanggup mewujudkan impian Samsul. Samsul nasibnya tidak ingin seperti orangtuanya, Ia tidak ingin buta huruf. "Samsul ingin mondok di pesantren, tapi ibu nggak punya uang. Samsul nggak ingin seperti bapak & ibu, nggak sekolah", ujar Samsul dengan semangat dan kemauan yang tinggi dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya.

Sumber: 
http://mytrans.detik.com/video/2012/05/20/1/3/148/4694/jalan-panjang-penjaja-cilok
http://inspirasiperjuanganmu.blogspot.com/2012/05/samsul-sang-penjaja-cilok-di-kaki.html


2 Sept 2014

Pidato Hasyim Muzadi Yang Mengejutkan Dunia

Lama tidak terdengar kabar berita KH Hasyim Muzadi, tiba-tiba tokoh Islam dari NU (Nahdhatul Ulama) ini menyeruak dengan pidatonya yang cukup menggetarkan. Berbeda dengan Said Agil Siradj yang statement nya selalu menuai kontroversi, pidato Hasyim Muzadi yang tersebar di sosial media BBM ini diyakini sebagai statment dari seorang tokoh besar NU yang telah ditunggu-tunggu umat Islam Indonesia selama ini.

Dalam pidatonya itu, KH Hasyim Muzadi yang juga menjabat sebagai Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) sekaligus Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) secara cerdas menjawab sejumlah tuduhan PBB (perserikatan Bangsa-Bangsa) baru-baru ini bahwa umat Islam Indonesia anti toleransi beragama. Dan inilah pidato ‘menggetarkan’ tersebut :

"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia.

Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah AHMADIYAH, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam.

Kalau yang jadi ukuran adalah GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional & dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai.

Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu melakukan mediasi.

Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?

Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenapa TNI / Polri / Imam Masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM? Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan Jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama, karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis ?!

Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekedar Westernisme".''

Pidato KH Hasyim Muzadi yang berasal dari NU sebagai ormas terbesar di Indonesia ini juga dinilai sebagai penawar rasa haus umat setelah selama belasan tahun umat tidak melihat ketegasan seorang tokoh besar Ulama dari kalangan NU yang berani tampil cerdas dan berani dalam bersikap.

Sumber: 
http://chirpstory.com/li/227509?fb_action_ids=10201493563380343&fb_action_types=og.likes