26 Nov 2014

Hikmah Dibalik Do’a yang Tidak Terkabul

Ada seseorang yang rajin berdoa, meminta sesuatu kepada Allah. Orangnya begitu sholeh dan ibadahnya pun baik. Tetapi do’a yang dipanjatkannya tak kunjung terkabul.

Sebulan menunggu masih belum terkabul juga. Tetap dia berdoa. Tiga bulan berlalu juga belum terkabul. Tetap dia meneruskan do’anya. Hingga hampir satu tahun doa yang ia panjatkan, belum terkabul juga.

Dia melihat teman kantornya. Orangnya biasa saja. Tak istimewa. Sholat masih bolong-bolong. Kelakuannya juga sering nggak beres, sering tipu-tipu, bohong sana-sini. Tapi anehnya, apa yang dia doakan, semuanya dipenuhi.

Orang sholeh ini pun heran. Akhirnya, dia pun mendatangi seorang ustadz. Berceritalah dia mengenai permasalahan yang sedang dihadapi. Tentang doanya yang sulit terkabul padahal dia taat, sedangkan temannya yang bandel, malah mendapat apa yang dia inginkan.

Tersenyumlah ustadz ini. Bertanyalah sang ustadz ke orang shalih ini, “kalau Anda lagi duduk di warung, kemudian datang pengamen, tampilannya urakan, maen musiknya gak benar, suaranya fals, bagaimana?”, orang sholeh tadi menjawab, “segera saya kasih pak ustadz, gak tahan ngeliat danndengerin dia lama-lama di situ, sambil nyanyi pula.”

“Kalau pengamennya yang dateng rapi, main musiknya enak, suaranya empuk, bawain lagu yang kamu suka, bagaimana?” tanya sang ustadz lagi. Orang shalih pun segera menjawab, “wah, kalo gitu, saya dengerin ustadz. Saya biarin dia nyanyi sampai habis. Lama pun nggak masalah. Kalau perlu saya suruh nyanyi lagi. Nyanyi sampai sealbum pun saya rela. Kalau pengamen tadi saya kasih 500 rupiah, yang ini 50.000 rupiah juga berani, ustadz.”

Pak ustadz pun tersenyum dan menjelaskan “begitulah nak.. Allah ketika melihat engkau, yang sholeh, datang menghadap-Nya, Allah betahndengerin doamu. Melihat kamu. Dan Allah pengen sering ketemu kamu dalam waktu yang lama. Buat Allah, ngasih apa yang kamu mau itu gampang betul. Tapi Dia ingin menahan kamu biar khusyuk, biar deket sama Dia. Coba bayangin, kalo doamu cepet dikabulin, apa kamu bakal sedekat ini? Dan di penghujung nanti, apa yang kamu dapatkan kemungkinan besar jauh lebih besar dari apa yang kamu minta.”

“Beda sama temenmu itu. Allah gak mau kayaknya, dia deket-deket sama Allah. Udah dibiarin biar bergelimang dosa aja dia ini. Makanya Allah buru-buru kasih aja. Udah. Jatahnya ya segitu doang. Gak nambah lagi.” lanjut sang ustadz.

“Dan yakinlah..”, kata sang ustadz, “kalaupun apa yang kamu minta ternyatagak Allah kasih sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat, nak. Sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga buat kita. Nggak bakal ngerasa kurang kita di situ.”

Tersadarlah orang tadi. Ia pun beristighfar, sudah berprasangka buruk kepada Allah. Padahal Allah betul-betul sangat menyayanginya.

Sumber:
http://www.islampos.com/hikmah-dibalik-doa-yang-tidak-terkabul-147912/

13 Nov 2014

Biar Sedikt Tapi Halal

Oleh: Prof Yunahar Ilyas

Dalam suatu perjalanan dakwah ke suatu daerah, saya dijemput ke bandara dan diantar ke beberapa tempat acara menggunakan mobil panitia dari salah satu perguruan tinggi swasta.

Dalam suatu kesempatan, saya sempat berbincang dengan sopir kampus yang tampak masih muda. Badannya tinggi tegap, sikapnya sopan dan ramah.

“Sudah berkeluarga, Dik?” sapa saya.

“Sudah, Pak. Alhamdulillah sudah punya dua anak,“ ujarnya.

Walaupun dia membawa mobil agak cepat, tetapi tetap penuh waspada. Dia tidak pernah menyalip mobil lain secara sembarangan. Memastikan lebih dahulu bahwa jalur yang berlawanan kosong.

Saya kembali bertanya untuk sekadar ingin tahu apakah dia sudah lama bekerja di kampus itu. “Belum, Pak, baru dua tahun,“ jawabnya singkat sambil tetap konsentrasi.
“Sebelumnya kerja di mana?” selidik saya.

“Saya bekerja di sebuah kota pelabuhan di Jawa, Pak. Kerja dengan paman, mengisi bahan bakar untuk kapal-kapal barang. Penghasilannya besar Pak, tapi…” ujarnya seakan ragu untuk melanjutkan.

Saya jadi penasaran, ingin tahu mengapa dia meninggal kan pekerjaan yang penghasilannya besar itu. Padahal saya tahu, jadi sopir kampus yang tidak besar, paling tinggi gajinya sedikit di atas UMR.

“Uangnya banyak Pak, tetapi tidak halal. Paman saya suka kongkalikong dengan kapten kapal,” ujarnya.

Ia akhirnya bercerita soal pekerjaannya. Menurut dia, bahan bakar yang diisikan tidak sebanyak yang ditulis di faktur. Selisihnya banyak. Sebagai petugas pengisian, dia tahu permainan itu. Sudah tentu, dia akan dapat bagian setiap pengisian selesai. Bahkan, jumlahnya bisa mencapai jutaan rupiah.

Namun demikian, dengan penghasilan yang sangat besar itu, dia tidak tenang. Hidupnya selalu dihinggapi perasaan bersalah. Dia gelisah. Dia pun menanyakan soal itu kepada pamannya dan sang paman mengakui bahwa itu tidak ha lal.

Untuk membersihkan uang itu, sang paman mencoba bersedekah. “Uang haram tidak bisa dibersihkan dengan uang haram juga,” kata saya mengingatkan.

Nabi Muhammad SAW menyatakan, yang kotor tidak bisa membersihkan yang kotor. Sopir muda itu membenarkan ucapan saya.

“Memang Pak, saya juga meyakini demikian. Tetapi, paman saya yakin sekali dosa-dosanya menipu pemilik kapal akan diampuni dengan banyak menyumbang. Bahkan Pak, tahun lalu paman saya bangun masjid sendiri di kampung dengan uang haram itu.“

Akhirnya, setelah mengetahui semua itu, sopir muda ini pun meninggalkan pekerjaan-nya. Ia tidak ingin perbuatan itu terus berlangsung dan menipu orang. Ia pun sudah mencoba beberapa pekerjaan, namun belum berhasil sehingga dia sementara bekerja sebagai sopir.

“Sekalipun gajinya kecil, tetapikan halal Pak. Sedikit tetapi membawa ketenangan, dan berkah,“ ujarnya.

Hebatnya lagi, walau dengan gaji kecil, tapi keluarganya menerimanya. Demikian juga istri dan anak-anaknya. “Alhamdulillah, istri saya sependapat dengan saya, biarlah kita hidup sederhana sekali, tetapi hati tenang, anak-anak juga dihidupi dengan rezeki yang halal.”

Saat ini, yang menjadi pikirannya adalah sang paman. Ia ingin pamannya bertobat dan menyadari kekeliruannya.

“Semoga paman segera mendapatkan hidayah,” harapnya.

Sumber: