11 Aug 2015

Bersyukur Tak Cukup Hanya Dengan Lisan


Demi mensyukuri nikmat Allah dan melihat kebesaran-Nya, gunung-gunung didaki, tak peduli seberapa jauh dan seberapa lelah perjalanan yang dilalui. Beribu-ribu Mdpl puncak gunung dijalani tanpa rasa lelah karna semangat yang menggelora. Dinginnya malam di puncak gunung tak terlalu menjadi masalah karna semangat berjumpa mentari di waktu pagi.

Sedangkan ke masjid di dekat rumah, kosan, atau kontrakan yang tak sampai berhari-hari untuk sampai di sana, yang tak harus bermandi keringat untuk menginjakkan kaki di tangga pertamanya, yang tak harus memakai jaket super tebal ketika suara adzan Subuh mengajak kita untuk berjama'ah di sana. Kita justru lebih merasa enggan untuk hadir ke masjid.

Semangat 'menaklukkan' puncak gunung mengalahkan gairah kita memakmurkan masjid! Apa itu yg disebut mensyukuri nikmat Allah?

Pun demikian saat menonton acara televisi favorit kita, atau bermain game kesukaan kita, atau saat 'khusyu' dengan gadget dan media sosial kita. Berjam-jam waktu yang kita gunakan tak terasa lamanya. 

lantas, saat mengikuti sholat tarawih berjama'ah? Saat mendengarkan khatib berkhutbah waktu jum'at?

Satu jam waktu mengikuti sholat tarawih berjama'ah atau saat mendegarkan khutbah yg disampaikan khatib sungguh terasa begitu lama, teramat lama. Mengalahkan berjam-jam waktu yg kita pakai untuk menonton acara televisi dan bermain game favorit kita! Apa itu yg disebut mensyukuri nikmat Allah?

Mensyukuri nikmat-Nya bukan sekedar bersyukur dengan lisan, melainkan bersyukur dengan hati dan anggota tubuh. Meyakini dan mengakui bahwa segala kenikmatan yang kita dapatkan semua berasal dari Allah semata, dan mempergunakan kenikmatan-kenikmatan itu untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada-Nya.