Mungkin suamimu tak pandai berkata, Apalagi merayu dengan romantisme karya sastra, Tapi mungkin dengan cara itulah Allah menjaga lisannya, menjauhkannya dari fitnah dunia yang tak halal baginya.
Mungkin saja suamimu tak pandai berkata, tapi heningnya menahan kita banyak bicara, Memutus rantai kalimat sanggahan yang melahirkan perkara, Sehingga keseimbangan suasana lebih terjaga. Andai saja Allah ciptakan sebaliknya, mungkin rumahmu sekarang jadi arena tarung laga. Itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya.
Mungkin istrimu tidak berparas mempesona, apalagi secantik selebritis di warta berita. Tapi mungkin lisannya selalu berucap kata mutiara, yang terpancar dari jiwa yang terjaga. Andai saja Allah menciptakan yang sebaliknya, mungkin hatimu tak tenang saat jauh darinya.
Itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya, mungkin suamimu bukanlah saudagar kaya, yang membawa pulang limpahan laba hasil usaha. Namun meskipun besarnya begitu sederhana, mungkin ia selalu menjaga kehalalan apa yang di bawa.
Mungkin suamimu bukanlah pejabat yang bertahta, yang di hormati dan di puja bawahannya, tapi mungkin di balik kedudukannya yang biasa, ia mampu menjaga iman bagi keluarga. Andai saja Allah menciptakan yang sebaliknya, mungkin belum tentu ia memiliki derajat taqwa.
mungkin istrimu bukanlah koki istimewa, yang memasakannya selezat pujasera, tapi mungkin ia pandai mendidik buah hatinya, memahat pribadi yang berkakter mulia.
Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa, yang terkadang masakannya itu-itu saja, tapi mungkin ia pandai mengatur alokasi harta, sehingga pemberianmu tidak terhambur percuma. Andai saja Allah menciptakan yang sebaliknya, mungkin kecintaanmu akan terlalu berlebih padanya, melebihi cintamu kepada Allah sang pemberi karunia.
Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya, sehingga terlihat kau melakukan semuanya, tapi mungkin ia sabar membantumu meringankan pekerjaan rumah tangga, sehingga terlaksana dengan kerja sama.
Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya, sehingga terlihat minim perannya dalam keluarga, mungkin ia sangat keras bekerja, sehingga nafkah telah cukup terpenuhi lewat darinya. Andai saja Allah menciptakan yang sebaliknya, mungkin para gadis menanti dipinang menjadi yang kedua.
Jika suamimu terlalu sempurna, itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya. Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga, menambah sedikit tugasmu dalam membantunya bekerja, tapi mungkin ia begitu taat dalam beragama, membimbing anak-anak dalam syariat agama, sehingga meringankan kewajibanmu dalam membimbing keluarga. Andai saja Allah meciptakan yang sebaliknya, mungkin engkau merasa tugasmu telah tertunai sempurna, cukup sekedar menyempurnakan nafkah keluarga.
Itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya, maka temukanlah sebanyak-banyaknya rahasia di baliknya, agar engkau mengerti mengapa Allah menikahkan mu dengannya. Jikalau engkau masih sulit menemukan jawabannya, gantilah kacamatamu dengan kacamata syukur atas segala karunia, adalah hakmu jika engkau berharap khadijahmu menjadi lebih sempurna, Asalkan engkau siap membimbingnya dengan menjadi muhammad baginya.
Sumber: andesrizki.blogspot.co.id