19 May 2013

Para Jenderal Marah-Marah






















oleh : Wiji Thukul

Pagi itu kemarahannya disiarkan
oleh televisi. Tapi aku tidur. Istriku
yang menonton. Istriku kaget. Sebab

seorang letnan jenderal menyeret-nyeret 
namaku. Dengan tergopoh-gopoh 
selimutku ditarik-tariknya. Dengan
mata lengket aku bertanya:
mengapa? Hanya beberapa patah kata
keluar dari mulutnya: "Namamu di 
televisi...." Kalimat itu terus dia ulang
seperti otomatis.

Aku tidur lagi dan ketika bangun
wajah jenderal itu sudah lenyap dari 
televisi. Karena acara sudah diganti.

Aku lalu mandi. Aku hanya ganti baju.
Celananya tidak. Aku memang lebih
sering ganti baju ketimbang celana.

Setelah menjemur handuk aku ke
dapur. Seperti biasa mertuaku yang
setahun lalu tinggal mati suaminya
itu, telah meletakkan gelas berisi teh 
manis. Seperti biasanya ia meletakkan 
di sudut meja kayu panjang itu, dalam
posisi yang gampang diambil. Istriku 
sudah mandi pula. Ketika berpapasan
denganku kembali kalimat itu meluncur.

"Namamu di televisi..." ternyata istriku
jauh lebih cepat mengendus bagaimana
kekejaman kemanusiaan itu dari pada
aku.



Share: