14 May 2013

Sukses Terkadang Tidak Membahagiakan


Mencapai target dan keinginan disebut sukses. Namun, tidaklah menjamin orang sukses itu bahagia. Sukses yang hakiki memang membahagiakan. Karenanya jangan pendapat umum tentang sukses jangan dijadikan pedoman.

Contohnya, Andy dianggap sukses. Demikian orang awam (umum) berpendapat tentang lelaki itu. Ukuran yg dipakai untuk menilai Andy sukses karena ia memiliki rumah mewah, mobil bagus dan bidang usaha yang ditekuninya melejit.

Bertahun-tahun ia bekerja keras dengan tak kenal lelah. Selama itu pula ia hidup hemat. Saking hematnya hingga mengubah karakternya menjadi orang kikir. Akhirnya, orang melihat Andy adalah pengusaha sukses. Orang lain mengira bahwa Andy sangatlah bahagia.

Padahal tahukah kita, bahwa Andy tidaklah sebahagia yang disangka orang. Apa yang dimilikinya tidaklah menjadi jaminan jika hidupnya berkah. Andy kehilangan kedamaian hati. Harta yang ada di depan matanya justru membuatnya menjadi sangat sibuk. Ia dipaksa untuk mengurus ratusan karyawannya. Ketika membaca berita kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat menurun, ia menjadi tidak bisa tidur. Apalagi laporan dari bagian pemasaran diketahui lebih buruk dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Hatinya seringkali was-was karena takut perusahaannya merosot.

Pikiran dan tenaga Andy dibebani lagi dengan kewajiban angsuran bank yang harus dibayar setiap bulan. Jika terlambat, bank akan mengenai bunga kepadanya. Termasuk cicilan mobilnya yang belum selesai. Ditambah dengan kewajiban membayar asuransi.

Menurut pandangan orang kebanyakan, Andy memang kaya dan sukses. Tetapi ternyata kekayaan dan kesuksesannya tidak mengandung berkah. Hatinya tak pernah damai karena diusik oleh rutinitas yang dilakukannya setiap hari.

Ia benar-benar sibuk. Berangkat pagi pulang malam. Waktu bertemu dengan keluarga pun terbatas. Bahkan sering kali ia lupa waktu, sehingga baru berangkat tidur tengah malam karena harus mempersiapkan segala kebutuhan untuk tugas-tugasnya esok hari. Rutinitas yang membosankan.

Sesungguhnya Andy adalah sosok manusia yang mewakili sekian banyak orang. Mereka sukses tetapi hidupnya tidak berkah. Mereka bahagia tetapi kebahagiaannya hanya dirasakan sekejap saja. Setelah itu hatinya suntuk kembali.

Mengapa demikian ? Karena hidup Andy dan orang-orang seperti dia hanya melakukan pemenuhan kebutuhan jasmaniah saja. Mereka hanya mengumpulkan urusan duniawi. Mereka lupa, di samping pemenuhan kebutuhan duniawi, manusia juga harus memenuhi kebutuhan rohaniahnya (jiwanya).

Namun, kadang-kadang orang mencari jalan yang kurang tepat demi memenuhi kebutuhan jiwanya. Di saat pikiran suntuk dan otak ruwet, seseorang menjadi stress. Untuk meringankan beban pikirannya itu, lalu mereka mencari hiburan. Ada yang pergi ke pub, dunia malam, minum-minuman beralkohol, bahkan memakai pil ekstasi. Jalan yang ditempuh jelas salah dan tidak mampu memberikan jalan keluar dari kesuntukan.

Cara-cara demikian ini tak ubahnya bagaikan obat pereda nyeri. Ketika kandungan obat telah habis masa kerjanya, nyeri akan muncul kembali. Di saat berada dalam lingkungan hiburan, memang mereka sejenak melupakan permasalahan yang dihadapinya. Namun ketika kaluar dari tempat hiburan, permasalahan muncul kembali. Bahkan menjadi lebih berat.

Hal-hal seperti itu hanya bersifat mengendurkan saraf. Pergi berlibur, misalnya memancing, ke gunung, main golf, atau hal-hal sejenisnya tidak mampu memberika kedamaian abadi.

Segala sesuatu yang bersifat duniawi memang indah dan menarik hati. Bahkan orang bekerja keras untuk mendapatkannya. Namun hal itu tidak menjamin untuk dijadikan pemuasan jiwa.

Memang hal-hal yang bersifat duniawi dapat membahagiakan seseorang. Orang menjadi bahagia ketika berada di suasana liburan, di tempat yang indah, mendapatkan harta, kelahiran anak yang didambakan, promosi jabatan, sanjungan, mendapatkan hadiah dan sebagainya. Inilah tabiat manusia. Namun sesungguhnya semua itu belum tentu bisa memuaskan jiwa secara berkelanjutan.



Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. QS. Ali Imran : 14.

Inilah tabiat manusia yang telah dijelaskan Allah melalui al-Qur'an. Harta benda, anak-anak, perempuan, dan jabatan adalah sesuatu yang menggiurkan hati manusia. Karena itulah mereka bekerja keras, melakukan apa pun yang bisa dilakukan agar ia merasakan bahagia dalam hidupnya.

Namun demikian, terkadang istilah bahagia dipahami secara keliru dan ditempuh dengan cara pintas untuk meraihnya. Seperti yang telah disinggung di atas bahwa penyalahgunaan obat terlarang atau meminum minuman keras dan zina adalah cara-cara yang diharapkan agar mendapatkan kebahagiaan. Agar terlepas dari belenggu yang merantai jiwanya, dan kesulitan hidup.

Mereka menganggap harta adalah segala-galanya dan menjadi sarana untuk mencapai bahagia. Ini pun dilakukan dengan jalan pintas dan keliru. Memang secara kasat mata mereka tampak bahagia. Di satu sisi mereka dianggap sukses, namun di sisi lain mereka mengalami kejatuhan moral dan kegersangan jiwa.

Disadur sepenuhnya dari buku 
"32 Sebab Hidup Berkah dan Selalu Bahagia"
karya Abu Fajar al-Qalami.
Share: